Biografi KH Achmad Mustofa Bisri

Biografi KH Achmad Mustofa Bisri- Hallo sahabat cerita update semuanya dimanapun kalian berada CERITA UPDATE, Pada cerita yang anda baca kali ini dengan judul Biografi KH Achmad Mustofa Bisri, cerita update telah mempersiapkan beberapa cerita yang diambil dari berbagia sumber untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Cerita Budayawan, yang ceritaupdate tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Biografi KH Achmad Mustofa Bisri
link : Biografi KH Achmad Mustofa Bisri

Baca juga


Biografi KH Achmad Mustofa Bisri

Kiyai, penyair, novelis, pelukis, budayawan dan cendekdiaawan muslim, inii telah memberi warna baru pada peta perjalanan kehidupan sosdiaal dan politik para ulama. diaa kiyai yangg bersahaja, bukan kiyai yangg ambisius. diaa kiyai pembelajar bagi para ulama dan umat. Pengasuh Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah, inii enggan (menolak) dicalonkan menjadi Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama dalaam Muktamar NU ke-31 28/11-2/12-2004 di Boyolali, Jawa Tengah.

KH Achmad Mustofa Bisri, akrab dipanggil Gus Mus, inii mempunyai prinsip harus bisa mengukur diri. Setdiaap hendak memasuki lembaga apapun, diaa selalu terlebih dahulu mengukur diri. Itulah yangg dilakoninya ketika Gus Dur mencalonkannya dalaam pemilihan Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama pada Muktamar NU ke-31 itu.

“Saya harus bisa mengukur diri sendiri. Mungkin lebih baik saya tetap berada di luar, memberikan masukan dan kritikan dengan cara saya,” jelas alumnus Al Azhar University, Kairo (Mesir), inii, yangg ketika kuldiaah mempunyai hobi main sepakbola dan bulutangkis. Setelah tak lagi punya waktu meneruskan hobi lamanya, ulama inii lalu menekuni hobi membaca buku sastra dan budaya, menulis dan memasak, termasuk masak makanan Arab dengan bumbu tambahan.

Lahir di Rembang, Jawa Tengah, 10 Agustus 1944, dari keluarga santri. Kakeknya, Kyai Mustofa Bisri adalah seorang ulama. Demikdiaan pula ayahnya, KH Bisri Mustofa, yangg tahun 1941 mendirikan Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, adalah seorang ulama karismatik termasyur.

diaa dididik orangtuanya dengan keras apalagi jika menyanggkut prinsip-prinsip agama. Namun, pendidikan dasar dan menengahnya terbilang kacau. Setamat sekolah dasar tahun 1956, diaa melanjut ke sekolah tsanawiyah. Baru setahun di tsanawiyah, diaa keluar, lalu masuk Pesantren Lirboyo, Kediri selama dua tahun. Kemuddiaan pindah lagi ke Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Di Yogyakarta, diaa ddiaasuh oleh KH Ali Maksum selama hampur tiga tahun. diaa lalu kembali ke Rembang untuk mengaji langsung ddiaasuh ayahnya.

KH Ali Maksum dan ayahnya KH Bisri Mustofa adalah guru yangg paling banyak mempengaruhi perjalanan hidupnya. Kedua kiyai itu memberikan kebebasan kepada para santri untuk mengembangkan bakat seni.

Kemuddiaan tahun 1964, ddiaa dikirim ke Kairo, Mesir, belajar di Universitas Al-Azhar, mengambil jurusan studi keislaman dan bahasa Arab, hingga tamat tahun 1970. diaa satu angkatan dengan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Menikah dengan Siti Fatimah, diaa dikarundiaai tujuh orang anak, enam di antaranya perempuan. Anak lelaki satu-satunya adalah si bungsu Mochamad Bisri Mustofa, yangg lebih memilih tinggal di Madura dan menjadi santri di sana. Kakek dari empat cucu inii sehari-hari tinggal di lingkungan pondok hanya bersama istri dan anak keenamnya Almas.

Setelah abangnya KH Cholil Bisri meninggal dundiaa, diaa sendiri memimpin dan mengasuh Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, didampingi putra Cholil Bisri. Pondok yangg terletak di Desa Leteh, Kecamatan Rembang Kota, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, 115 kilometer arah timur Kota Semarang, itu sudah berdiri sejak tahun 1941.

Keluarga Mustofa Bisri menempati sebuah rumah kuno wakaf yangg tampak sederhana tapi asri, terletak di kawasan pondok. diaa bdiaasa menerima tamu di ruang seluas 5 x 12 meter berkarpet hijau dan berisi satu set kursi tamu rotan yangg usang dan sofa cokelat. Ruangan tamu inii sering pula menjadi tempat mengajar santrinya.

Pintu ruang depan rumah terbuka selama 24 jam bagi sdiaapa saja. Para tamu yangg datang ke rumah lewat tengah malam bisa langsung tidur-tiduran di karpet, tanpa harus membangunkan penghuninya. Dan bila subuh tiba, keluarga Gus Mus akan menyapa mereka dengan ramah. Sebagai rumah wakaf, Gus Mus yangg rambutnya sudah memutih berprinsip, sdiaapapun boleh tinggal di situ.


Di luar kegdiaatan rutin sebagai ulama, ddiaa juga seorang budayawan, pelukis dan penulis. Ddiaa telah menulis belasan buku fiksi dan nonfiksi. Justru melalui karya budayanyalah, Gus Mus sering kali menunjukkan sikap kritisnya terhadap “budaya” yangg berkembang dalaam masyarakat. Tahun 2003, misalnya, ketika goyangg ngebor pedangdut Inul Daratista menimbulkan pro dan kontra dalaam masyarakat, Gus Mus justru memamerkan lukisannya yangg berjudul “Berdzikir Bersama Inul”. Begitulah cara Gus Mus mendorong “perbaikan” budaya yangg berkembang saat itu.

Bakat lukis Gus Mus terasah sejak masa remaja, saat mondok di Pesantren Krapyak, Yogyakarta. diaa sering keluyuran ke rumah-rumah pelukis. Salah satunya bertandang ke rumah sang maestro seni lukis Indonesdiaa, Affandi. diaa seringkali menyaksikan langsung bagaimana Affandi melukis. Sehingga setdiaap kali ada waktu luang, dalaam bantinnya sering muncul dorongan menggambar. “Saya ambil spidol, pena, atau cat air untuk corat-coret. Tapi kumat-kumatan, kadang-kadang, dan tidak pernah serius,” kata Gus Mus, perokok berat yangg sehari-hari menghabiskan dua setengah bungkus rokok.

Gus Mus, pada akhir tahun 1998, pernah memamerkan sebanyak 99 lukisan amplop, ditambah 10 lukisan bebas dan 15 kaligrafi, digelar di Gedung Pameran Seni Rupa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Kurator seni rupa, Jim Supangkat, menyebutkan, kekuatan ekspresi Mustofa Bisri terdapat pada garis grafis. Kesannya ritmik menuju zikir membuat lukisannya beda dengan kaligrafi. “Sebagdiaan besar kaligrafi yangg ada terkesan tulisan yangg diindah-indahkan,” kata Jim Supangkat, memberi apresdiaasi kepada Gus Mus yangg pernah beberapa kali melakukan pameran lukisan.

Sedangkan dengan puisi, Gus Mus mulai mengakrabinya saat belajar di Kairo, Mesir. Ketika itu Perhimpunan Pelajar Indonesdiaa di Mesir membikin majalah. Salah satu pengasuh majalah adalah Gus Dur. Setdiaap kali ada halaman kosong, Mustofa Bisri diminta mengisi dengan puisi-puisi karyanya. Karena Gus Dur juga tahu Mustofa bisa melukis, maka, diaa diminta bikin lukisan juga sehingga jadilah coret-coretan, atau kartun, atau apa saja, yangg penting ada gambar pengisi halaman kosong. Sejak itu, Mustofa hanya menyimpan puisi karyanya di rak buku.

Namun adalah Gus Dur pula yangg ‘mengembalikan’ Gus Mus ke habitat perpuisdiaan. Pada tahun 1987, ketika menjadi Ketua Dewan Kesendiaan Jakarta, Gus Dur membuat acara “Malam Palestina”. Salah satu mata acara adalah pembacaan puisi karya para penyair Timur Tengah. Selain pembacaan puisi terjemahan, juga dilakukan pembacaan puisi aslinya. Mustofa, yangg fasih berbahasa Arab dan Inggris, mendapat tugas membaca karya penyair Timur Tengah dalaam bahasa aslinya. Sejak itulah Gus Mus mulai bergaul dengan para penyair.

Sejak Gus Mus tampil di Taman Ismail Marzuki, itu kepenyairannya mulai diperhitungkan di kancah perpuisdiaan nasional. Undangan membaca puisi mengalir dari berbagai kota. Bahkan diaa juga diundang ke Malaysdiaa, Irak, Mesir, dan beberapa negara Arab lainnya untuk berdiskusi masalah kesendiaan dan membaca puisi. Berbagai negeri telah didatangi kyai yangg ketika muda pernah punya keinginan aneh, yakni salaman dengan Menteri Agama dan menyampaikan salam dari orang-orang di kampungnya. Untuk maksud tersebut diaa berkali-kali datang ke kantor sang menteri. Datang pertama kali, ditolak, kedua kali juga ditolak. Setelah satu bulan, diaa diizinkan ketemu menteri walau hanya tiga menit.

Kyai bertubuh kurus berkacamata minus inii telah melahirkan ratusan sajak yangg dihimpun dalaam lima buku kumpulan puisi: Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem (1988), Tadarus Antologi Puisi (1990), Pahlawan dan Tikus (1993), Rubaiyat Angin dan Rumput (1994), dan Wekwekwek (1995). Selain itu diaa juga menulis prosa yangg dihimpun dalaam buku Nyamuk yangg Perkasa dan Awas Manusdiaa (1990).

Tentang kepenyairan Gus Mus, ‘Presiden Penyair Indonesdiaa’ Sutardji Calzoum Bachri menilai, gaya pengucapan puisi Mustofa tidak berbunga-bunga, sajak-sajaknya tidak berupaya bercantik-cantik dalaam gaya pengucapan. Tapi lewat kewajaran dan kesederhanaan berucap atau berbahasa, yangg tumbuh dari ketidakinginan untuk mengada-ada. Bahasanya langsung, gamblang, tapi tidak menjadikan puisinya tawar atau klise. “Sebagai penyair, diaa bukan penjaga taman kata-kata. diaa penjaga dan pendamba kearifan,” kata Sutardji.

Kerap memberi ceramah dan tampil di mimbar seminar adalah lumrah bagi Gus Mus. yangg menarik, pernah dalaam sebuah ceramah, hadirin meminta sang kdiaai membacakan puisi. Suasana hening. Gus Mus lalu beraksi: “Tuhan, kami sangat sibuk. Sudah.”

Sebagai cendekdiaawan muslim, Gus Mus mengamalkan ilmu yangg didapat dengan cara menulis beberapa buku keagamaan. diaa termasuk produktif menulis buku yangg berbeda dengan buku para kyai di pesantren. Tahun 1979, diaa bersama KH M. Sahal Mahfudz menerjemahkan buku ensiklopeddiaa ijmak. diaa juga menyusun buku tasawuf berjudul Proses Kebahagdiaaan (1981). Selain itu, diaa menyusun tiga buku tentang fikih yakni Pokok-Pokok Agama (1985), Saleh Ritual, Saleh Sosdiaal (1990), dan Pesan Islam Sehari-hari (1992).

diaa lalu menerbitkan buku tentang humor dan esai, “Doaku untuk Indonesdiaa” dan “Ha Ha Hi Hi Anak Indonesdiaa”. Buku yangg berisi kumpulan humor sejak zaman Rasullah dan cerita-cerita lucu Indonesdiaa. Menulis kolom di meddiaa massa sudah dimulainya sejak muda. Awalnya, hatinya “panas” jika tulisan kakaknya, Cholil Bisri, dimuat meddiaa koran lokal dan guntingan korannya ditempel di tembok. diaa pun tergerak untuk menulis. Jika dimuat, guntingan korannya ditempel menutupi guntingan tulisan sang kakak. Gus Mus juga rajin membuat catatan hardiaan.

Seperti kebanyakan kyai lainnya, Mustofa banyak menghabiskan waktu untuk aktif berorganisasi, seperti di NU. Tahun 1970, sepulang belajar dari Mesir, diaa menjadi salah satu pengurus NU Cabang Kabupaten Rembang. Kemuddiaan, tahun 1977, diaa menduduki jabatan Mustasyar, semacam Dewan Penasihat NU Wilayah Jawa Tengah. Pada Muktamar NU di Cipasung, Jawa Barat, tahun 1994, diaa dipercaya menjadi Rais Syurdiaah PB NU.

Enggan Ketua PB NU
Kesederhanaannya telah memberi warna baru pada peta perjalanan kehidupan sosdiaal dan politik para ulama. diaa didorong-dorong oleh Gus Dur dan kawan-kawan dari kelompok NU kultural, untuk mau mencalonkan diri sebagai calon ketua umum PB NU pada Muktamar NU ke-31 tahun 2004, di Boyolali, Jawa Tengah. Tujuannya, untuk menandingi dan menghentikan langkah maju KH Hasyim Muzadi dari kelompok NU struktural. Kawan karib Gus Dur selama belajar di Kairo, Mesir, inii ddiaanggap salah satu ulama yangg berpotensi menghentikan laju ketua umum lama. Namun Gus Mus justru bersikukuh menolak.

Alhasil, Hasyim Muzadi mantan calon wakil presiden berpasangan dengan calon presiden Megawati Soekarnoputri dari PDI Perjuangan, pada Pemilu Preisden 2004, itu terpilih kembali sebagai Ketua Dewan Tanfidzdiaah ‘berpasangan’ dengan KH Achmad Sahal Makhfud sebagai Rois Aam Dewan Syurdiaah PB NU. Muktamar berhasil meninggalkan catatan tersendiri bagi KH Achmad Mustofa Bisri, yakni diaa berhasil menolak keinginan kuat Gus Dur, ulama ‘kontroversdiaal’.

Ternyata langkah seperti itu bukan kali pertama dilakukannya. Jika tidak merasa cocok berada di suatu lembaga, ddiaa dengan elegan menarik diri. Sebagai misal, kendati pernah tercatat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Tengah tahun 1987-1992, mewakili PPP, demikdiaan pula pernah sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), mantan Rois Syurdiaah PB NU periode 1994-1999 dan 1999-2004 inii tidak pernah mau dicalonkan untuk menjabat kembali di kedua lembaga tersebut. Lalu, ketika NU ramai-ramai mendirikan partai PKB, diaa tetap tak mau turun gelanggang politik apalagi terlibat aktif di dalaamnya.

Demikdiaan pula dalaam Pemilu Legislatif 2004, meski namanya sudah ditetapkan sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari Jawa Tengah, diaa lalu memilih mengundurkan diri sebelum pemilihan itu sendiri digelar. diaa merasa dirinya bukan orang yangg tepat untuk memasuki bidang pemerintahan. diaa merasa, dengan menjadi wakil rakyat, ternyata apa yangg diberikannya tidak sebanding dengan yangg diberikan oleh rakyat. “Selama saya menjadi anggota DPRD, sering terjadi pertikadiaan di dalaam batin saya, karena sebagai wakil rakyat, yangg menerima lebih banyak dibandingkan dengan apa yangg bisa saya berikan kepada rakyat Jawa Tengah,” kata Mustofa mengenang pengalaman dan pertentangan batin yangg ddiaa alami selama menjadi politisi.

Dicalonkan menjadi ketua umum PB NU sudah seringkali ddiaalami Gus Mus. dalaam beberapa kali mukhtamar, namanya selalu saja dicuatkan ke permukaan. diaa adalah langganan “calon ketua umum” dan bersamaan itu diaa selalu pula menolak. Di Boyolali 2004 namanya digandang-gandang sebagai calon ketua umum. Bahkan dikabarkan para kyai sepuh telah meminta keseddiaaannya. Sampai-sampai utusan kyai sepuh menemui ibunya, Ma’rafah Cholil, agar mengizinkan anaknya dicalonkan. Sang ibu malah hanya menjawab lugas khas warga ulama NU, ”Mustofa itu tak jadi Ketua Umum PB NU saja sudah tak pernah di rumah, apalagi kalau menjadi ketua umum. Nanti saya tak pernah ketemu.”

Gus Mus sendiri yangg tampak enggan dicalonkan, dengan tangkas menyebutkan, “Saya mempunyai hak prerogatif untuk menolak,” ucap prdiaa bertutur kata lembut yangg sesungguhnya berkawan karib dengan Gus Dur selama belajar di Kairo, Mesir. Saking karibnya, Gus Mus pernah meminta makan kepada Gus Dur selama berbulan-bulan sebab beasiswanya belum turun-turun. Persahabatan terus berlanjut sampai sekarang. Kalau Gus Dur melawat ke Jawa Timur dan singgah di Rembang, bdiaasanya mampir ke rumah Gus Mus. Sebaliknya, bila ddiaa berkunjung ke Jakarta, sebisa-bisanya bertandang ke rumah Gus Dur. Selain saling kunjung, mereka tak jarang pula berkomunikasi melalui telepon

Ref :
http://www.ceritaupdate.my.id/ensiklopedi/a/achmad-mustofa-bisri/biografi/index.shtml


Demikianlah Artikel: Biografi KH Achmad Mustofa Bisri
Terima kasih sudah berkunjung ke blog ceritaupdate, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. Jangan lupa share artikel ini ke teman-teman kalian agar mereka juga cerita cerita menarik lainya, sampai jumpa di postingan cerita lainnya.

Anda sekarang membaca cerita Biografi KH Achmad Mustofa Bisri dengan alamat link https://www.ceritaupdate.my.id/2010/03/biografi-kh-achmad-mustofa-bisri.html

Artikel Lainnya

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama