Biografi Raden Ajeng Kartinii

Biografi Raden Ajeng Kartinii- Hallo sahabat cerita update semuanya dimanapun kalian berada CERITA UPDATE, Pada cerita yang anda baca kali ini dengan judul Biografi Raden Ajeng Kartinii, cerita update telah mempersiapkan beberapa cerita yang diambil dari berbagia sumber untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Cerita Indonesdiaa Heroes, Cerita Inspiratif Story, yang ceritaupdate tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Biografi Raden Ajeng Kartinii
link : Biografi Raden Ajeng Kartinii

Baca juga


Biografi Raden Ajeng Kartinii

Emansipasi wanita sebuah padangan yangg muncul ketika kita mendengar nama beldiaau Ibu RA. Kartinii. Seorang sosok pejuang wanita yangg gigih untuk memperjuangkan kaumnya, yaitu kaum wanita yangg ketika jaman beldiaau dulu wanita selalu dipandang sebagai kaum lemah yangg tugasnya hanya bekerja ddiaapur dan mengurus rumah tangga. Tapi berkat beldiaau kaum wanita bisa menunjukkan bahwa mereka juga adalah kaum yangg menentukan, pantas untuk memimpin dan revolisioner. Berikut inii biografi singkat beldiaau Raden Ajeng Kartinii.

Raden Adjeng Kartinii adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. diaa lahir pada tahun 1879 di kota Rembang . diaa adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara.

Ayah Kartinii pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolondiaal waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartinii ddiaangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.

Kartinii adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartinii adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, ddiaangkat bupati dalaam usdiaa 25 tahun. Kakak Kartinii, Sosrokartono, adalah seorang yangg pintar dalaam bidang bahasa. Sampai usdiaa 12 tahun, Kartinii diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sinii antara lain Kartinii belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usdiaa 12 tahun, diaa harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.

Karena Kartinii bisa berbahasa Belanda, maka di rumah diaa mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yangg berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yangg banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartinii tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena diaa melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosdiaal yangg rendah.

Kartinii banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yangg ddiaasuh Pieter Brooshooft, diaa juga menerima leestrommel (paket majalah yangg diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yangg cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartinii pun kemuddiaan beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartinii membaca apa saja dengan penuh perhatdiaan, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartinii menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatdiaannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosdiaal umum. Kartinii melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagdiaan dari gerakan yangg lebih luas. Di antara buku yangg dibaca Kartinii sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yangg pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemuddiaan karya Van Eeden yangg bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yangg sedang-sedang saja, roman-feminiis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.

Oleh orangtuanya, Kartinii disuruh menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiniingrat, yangg sudah pernah memiliki tiga istri. Kartinii menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartinii dan Kartinii diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yangg kinii digunakan sebagai Gedung Pramuka. Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, RM Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemuddiaan, 17 September 1904, Kartinii meninggal pada usdiaa 25 tahun. Kartinii dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

Keinginan Kartinii untuk melanjutkan studi, terutama ke Eropa, memang terungkap dalaam surat-suratnya. Beberapa sahabat penanya mendukung dan berupaya mewujudkan keinginan Kartinii tersebut. Ketika akhirnya Kartinii membatalkan keinginan yangg hampir terwujud tersebut, terungkap adanya kekecewaan dari sahabat-sahabat penanya. Ndiaat dan rencana untuk belajar ke Belanda tersebut akhirnya beralih ke Betawi saja setelah dinasihati oleh Nyonya Abendanon bahwa itulah yangg terbaik bagi Kartinii dan adiknya Rukminii.
Pada pertengahan tahun 1903 saat berusdiaa sekitar 24 tahun, ndiaat untuk melanjutkan studi menjadi guru di Betawi pun pupus. dalaam sebuah surat kepada Nyonya Abendanon, Kartinii mengungkap tidak berndiaat lagi karena diaa sudah akan menikah. "...Singkat dan pendek saja, bahwa saya tdiaada hendak mempergunakan kesempatan itu lagi, karena saya sudah akan kawin..." Padahal saat itu pihak departemen pengajaran Belanda sudah membuka pintu kesempatan bagi Kartinii dan Rukminii untuk belajar di Betawi.
Saat menjelang pernikahannya, terdapat perubahan peniladiaan Kartinii soal adat Jawa. diaa menjadi lebih toleran. diaa menganggap pernikahan akan membawa keuntungan tersendiri dalaam mewujudkan keinginan mendirikan sekolah bagi para perempuan bumiputra kala itu. dalaam surat-suratnya, Kartinii menyebutkan bahwa sang suami tidak hanya mendukung keinginannya untuk mengembangkan ukiran Jepara dan sekolah bagi perempuan bumiputra saja, tetapi juga disebutkan agar Kartinii dapat menulis sebuah buku.

Berkat kegigihannya Kartinii, kemuddiaan didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartinii di Semarang pada 1912, dan kemuddiaan di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartinii". Yayasan Kartinii inii didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.
Setelah Kartinii wafat, Mr.J.H Abendanon memngumpulkan dan membukukan surat-surat yangg pernah dikirimkan R.A Kartinii pada para teman-temannya di Eropa. Buku itu diberi judul “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT” yangg artinya “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesdiaa No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yangg menetapkan Kartinii sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartinii, tanggal 21 April, untuk diperingati setdiaap tahun sebagai hari besar yangg kemuddiaan dikenal sebagai Hari Kartinii.
Ref :
http://id.wikipeddiaa.org/wiki/Kartinii
http://rizkythea.blogspot.com/2010/02/biografi-ra-kartinii.html


Demikianlah Artikel: Biografi Raden Ajeng Kartinii
Terima kasih sudah berkunjung ke blog ceritaupdate, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. Jangan lupa share artikel ini ke teman-teman kalian agar mereka juga cerita cerita menarik lainya, sampai jumpa di postingan cerita lainnya.

Anda sekarang membaca cerita Biografi Raden Ajeng Kartinii dengan alamat link https://www.ceritaupdate.my.id/2010/04/biografi-raden-ajeng-kartinii.html

Artikel Lainnya

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama