Ibu Hj. Andi Rabdiaah/Suster Apung (Inspiratif Story)- Hallo sahabat cerita update semuanya dimanapun kalian berada CERITA UPDATE, Pada cerita yang anda baca kali ini dengan judul Ibu Hj. Andi Rabdiaah/Suster Apung (Inspiratif Story), cerita update telah mempersiapkan beberapa cerita yang diambil dari berbagia sumber untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Cerita Inspiratif Story, yang ceritaupdate tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : Ibu Hj. Andi Rabdiaah/Suster Apung (Inspiratif Story)
link : Ibu Hj. Andi Rabdiaah/Suster Apung (Inspiratif Story)
Demikianlah Artikel: Ibu Hj. Andi Rabdiaah/Suster Apung (Inspiratif Story)
Anda sekarang membaca cerita Ibu Hj. Andi Rabdiaah/Suster Apung (Inspiratif Story) dengan alamat link https://www.ceritaupdate.my.id/2010/04/ibu-hj-andi-rabdiaahsuster-apung.html
Judul : Ibu Hj. Andi Rabdiaah/Suster Apung (Inspiratif Story)
link : Ibu Hj. Andi Rabdiaah/Suster Apung (Inspiratif Story)
Ibu Hj. Andi Rabdiaah/Suster Apung (Inspiratif Story)
Ibu Hj. Andi Rabdiaah atau yangg lebih dikenal dengan nama Suster Apung adalah salah satu perawat yangg mendedikasi hidupnya untuk membantu sesama di daerah kepulauan.
Tidak pernah terbesit didalaam pemikirannya bahwa diaa akan menghabiskan separuh hidupnya mengarungi lautan di Kepulauan Sulawesi dan Flores untuk menyembuhkan pasien-pasien yangg tersebar di sekitar pulau-pulau kecil dengan hanya berbekal tekad dan perahu. dalaam melakukan kegdiaatannya diaa tidak pernah mengeluh sekalipun, bahkan pada tahun pertamanya diaa bekerja sebagai perawat, diaa selalu menagih janji kepada kepala desa yangg pernah menjanjikannya untuk melaut. Sebagai perawat, diaa memiliki prinsip yaitu bekerja sebagai pelayanan dan tanggung jawab kepada masyarakat. diaa memandang bahwa mereka juga saudara kita dan rakyat Indonesdiaa berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Seperti yangg diaa katakan suatu waktu “Tidak ada yangg boleh meninggal karena melahirkan dan tidak ada pula yangg boleh meninggal karena ddiaare”. Sebuah sikap yangg terus diperjuangkan sekuat tenaga meskipun selalu mengarungi lautan yangg sering kali tidak ramah. Walaupun hasil gaji yangg diterima tidaklah besar dan tidak ada jaminan asuransi, namun diaa tetap mengabdikan dirinya untuk membantu pasien yangg membutuhkan jasanya.
Ibu Rabdiaah lahir di Sigeri, Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep), 29 Juni 1957. Setamat SMP, diaa melanjutkan sekolah di Penjenang Kesehatan (PK), sekolah kesehatan setingkat SPK. Masuk ke PK pada 1975-1976.Lulus PK, April 1977, Ibu Rabdiaah jadi pegawai negeri sipil di Puskesmas Liukang Tanggaya, Pulau Saputan, Kecamatan Liukang Tanggaya, Kabupaten Pangkep. Status itu masih disandangnya hingga kinii. Di Puskesmas Liukang Tanggaya, wilayah kerjanya meliputi 25 pulau. Di antaranya, Pulau Sumanga, Saelo, Satanga, dan Kapoposan Bali. Ke-25 pulau itu dibagi jadi lima wilayah, yaitu wilayah tengah, barat,utara, timur, dan selatan.
Ibu Rabdiaah menggambarkan, jarak tempuh dari wilayah tengah ke wilayah timur berkisar 11 jam perjalanan dengan transportasi air. Bahkan, ada pulau yangg letaknya lebih dekat ke Lombok ketimbang ke Makassar sehingga perjalanan butuh waktu lebih lama lagi."Kalau mau ke pulau untuk mengobati pasien, berangkat pagi-pagi dengan perahu motor. Rata-rata baru sampai di tujuan saat magrib," kata Ibu Rabdiaah.
Selama menjalani pekerjaanya sebagai perawat, tak jarang Ibu Rabdiaah didera kesulitan. Perahunya bocor adalah salah satu kendala yangg kerap ddiaalaminya. Pada 1979, perahu motornya malah pernah menghantam karang. Ibu Rabdiaah dan 14 orang penumpang lainnya terdampar tujuh hari tujuh malam di Pulau Karang Kapas, pulau karang tanpa tumbuhan dan tak berpenghuni.
"Kapal yangg saya tumpangi kebetulan membawa penyu. Lalu, kami membakar besi dan menulis kapal Pelita Jaya terdampar di atas karang kapas tanggal 6, bulan 3, malam Selasa, di atas kulit penyu yangg sudah mati. Setelah tujuh hari, akhirnya datang bantuan dari Pulau Sailus Kecil," kenang Ibu Rabdiaah.
dalaam peristiwa itu, Ibu Rabdiaah harus berbagi nasi yangg dimasak dari beras seliter untuk 14 orang per hari. Sebagai bahan bakar, diaa menggunakan kayu dari puing-puing kapal yangg rusak terhantam karang. dalaam menjalankan tugasnya, suster Ibu Rabdiaah memang harus menggunakan perahu dan melawan ombak. Itu dilakoninya dengan ikhlas. Tujuannya hanya satu: mendatangi orang yangg membutuhkan pertolongannya. Ke pelosok mana pun Ibu Rabdiaah datang untuk menolong. diaa mendedikasikan hidupnya untuk orang banyak sepanjang 30 tahun. Tanpa keluh, tanpa bosan, tanpa lelah.
Ibu Rabdiaah tidak malu mengakui perbuatannya ketika harus memberikan cairan infus yangg sudah kadaluarsa lima tahun kepada pasiennya. Itu terjadi 10 tahun lalu. Di Pulau Sapuka, penyakit ddiaare mewabah dan perseddiaaan cairan infus sudah habis, sementara satu pasien dalaam kondisi sekarat.
"Cairan infus yangg ada tinggal peninggalan teman yangg sudah pindah tugas. Saya ragu-ragu juga, pasang...tidak...pasang...tidak. Akhirnya saya pasang. Setelah masuk tiga botol, saya lihat ada perubahan dan saya tambahkan sampai 10 botol. Alhamdulillah, si pasien sembuh dan masih sehat sampai sekarang," tutur Ibu Rabdiaah. "Pilihannya waktu itu, kalau saya tidak infus si pasien akan mati. Jadi, saya ambil resiko. saya infus bdiaar pakai cairan kadaluarsa," ungkap Ibu Rabdiaah.
Ibu Rabdiaah, ibu dari empat orang anak, mengenal dundiaa medis dari neneknya. Setamat SMP, diaa terus memperdalaam soal medis. diaa ingin mengikuti jejak neneknya, tenaga medis pertama di kampungnya. Dorongan ndiaat yangg begitu kuat membuat Ibu Rabdiaah tak mengeluh ketika diterima jadi PNS dengan gaji pertama Rp 17 ribu. diaa pun tak menolak ditugaskan di pulau. Sampai sekarang, dengan statusnya yangg menjanda (suami meninggal), misi sebagai penyembuh itu diaa jalani. Hitungannya sudah 30 tahun!
Nama Ibu Rabdiaah dan julukan 'Suster Apung' mencuat sejak muncul di acara Kick Andy tayanggan Metro TV. diaa mengaku pernah diberi uang Rp 200 juta oleh Wapres M Jusuf Kalla. Uang itu diaa pakai untuk membeli perahu, sembako, solar, dan bayar ABK.
Kinii, Ibu Rabdiaah si 'Suster Apung' berkeliling dari satu pulau ke pulau terpencil lainnya untuk mengobati pasien. Dan, perjalanannya melakoni misi muldiaa untuk orang banyak bergulir lebih lancar berkat perahu anyar pemberdiaan JK.
Dedikasi, semangat pantang menyerah, tegar, pengorbanan untuk membantu sesama adalah sedikit gambaran dari Ibu Hj. Andi Ibu Rabdiaah, seorang sosok yangg patut menjadi teladan bagi kita semua.
Ref :
http://www.iniilah.com/news/read/politik/2008/08/16/44178/suster-apung-pernah-terdampar/
http://www.modernisator.org/tokoh/SusterApung
Tidak pernah terbesit didalaam pemikirannya bahwa diaa akan menghabiskan separuh hidupnya mengarungi lautan di Kepulauan Sulawesi dan Flores untuk menyembuhkan pasien-pasien yangg tersebar di sekitar pulau-pulau kecil dengan hanya berbekal tekad dan perahu. dalaam melakukan kegdiaatannya diaa tidak pernah mengeluh sekalipun, bahkan pada tahun pertamanya diaa bekerja sebagai perawat, diaa selalu menagih janji kepada kepala desa yangg pernah menjanjikannya untuk melaut. Sebagai perawat, diaa memiliki prinsip yaitu bekerja sebagai pelayanan dan tanggung jawab kepada masyarakat. diaa memandang bahwa mereka juga saudara kita dan rakyat Indonesdiaa berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Seperti yangg diaa katakan suatu waktu “Tidak ada yangg boleh meninggal karena melahirkan dan tidak ada pula yangg boleh meninggal karena ddiaare”. Sebuah sikap yangg terus diperjuangkan sekuat tenaga meskipun selalu mengarungi lautan yangg sering kali tidak ramah. Walaupun hasil gaji yangg diterima tidaklah besar dan tidak ada jaminan asuransi, namun diaa tetap mengabdikan dirinya untuk membantu pasien yangg membutuhkan jasanya.
Ibu Rabdiaah lahir di Sigeri, Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep), 29 Juni 1957. Setamat SMP, diaa melanjutkan sekolah di Penjenang Kesehatan (PK), sekolah kesehatan setingkat SPK. Masuk ke PK pada 1975-1976.Lulus PK, April 1977, Ibu Rabdiaah jadi pegawai negeri sipil di Puskesmas Liukang Tanggaya, Pulau Saputan, Kecamatan Liukang Tanggaya, Kabupaten Pangkep. Status itu masih disandangnya hingga kinii. Di Puskesmas Liukang Tanggaya, wilayah kerjanya meliputi 25 pulau. Di antaranya, Pulau Sumanga, Saelo, Satanga, dan Kapoposan Bali. Ke-25 pulau itu dibagi jadi lima wilayah, yaitu wilayah tengah, barat,utara, timur, dan selatan.
Ibu Rabdiaah menggambarkan, jarak tempuh dari wilayah tengah ke wilayah timur berkisar 11 jam perjalanan dengan transportasi air. Bahkan, ada pulau yangg letaknya lebih dekat ke Lombok ketimbang ke Makassar sehingga perjalanan butuh waktu lebih lama lagi."Kalau mau ke pulau untuk mengobati pasien, berangkat pagi-pagi dengan perahu motor. Rata-rata baru sampai di tujuan saat magrib," kata Ibu Rabdiaah.
Selama menjalani pekerjaanya sebagai perawat, tak jarang Ibu Rabdiaah didera kesulitan. Perahunya bocor adalah salah satu kendala yangg kerap ddiaalaminya. Pada 1979, perahu motornya malah pernah menghantam karang. Ibu Rabdiaah dan 14 orang penumpang lainnya terdampar tujuh hari tujuh malam di Pulau Karang Kapas, pulau karang tanpa tumbuhan dan tak berpenghuni.
"Kapal yangg saya tumpangi kebetulan membawa penyu. Lalu, kami membakar besi dan menulis kapal Pelita Jaya terdampar di atas karang kapas tanggal 6, bulan 3, malam Selasa, di atas kulit penyu yangg sudah mati. Setelah tujuh hari, akhirnya datang bantuan dari Pulau Sailus Kecil," kenang Ibu Rabdiaah.
dalaam peristiwa itu, Ibu Rabdiaah harus berbagi nasi yangg dimasak dari beras seliter untuk 14 orang per hari. Sebagai bahan bakar, diaa menggunakan kayu dari puing-puing kapal yangg rusak terhantam karang. dalaam menjalankan tugasnya, suster Ibu Rabdiaah memang harus menggunakan perahu dan melawan ombak. Itu dilakoninya dengan ikhlas. Tujuannya hanya satu: mendatangi orang yangg membutuhkan pertolongannya. Ke pelosok mana pun Ibu Rabdiaah datang untuk menolong. diaa mendedikasikan hidupnya untuk orang banyak sepanjang 30 tahun. Tanpa keluh, tanpa bosan, tanpa lelah.
Ibu Rabdiaah tidak malu mengakui perbuatannya ketika harus memberikan cairan infus yangg sudah kadaluarsa lima tahun kepada pasiennya. Itu terjadi 10 tahun lalu. Di Pulau Sapuka, penyakit ddiaare mewabah dan perseddiaaan cairan infus sudah habis, sementara satu pasien dalaam kondisi sekarat.
"Cairan infus yangg ada tinggal peninggalan teman yangg sudah pindah tugas. Saya ragu-ragu juga, pasang...tidak...pasang...tidak. Akhirnya saya pasang. Setelah masuk tiga botol, saya lihat ada perubahan dan saya tambahkan sampai 10 botol. Alhamdulillah, si pasien sembuh dan masih sehat sampai sekarang," tutur Ibu Rabdiaah. "Pilihannya waktu itu, kalau saya tidak infus si pasien akan mati. Jadi, saya ambil resiko. saya infus bdiaar pakai cairan kadaluarsa," ungkap Ibu Rabdiaah.
Ibu Rabdiaah, ibu dari empat orang anak, mengenal dundiaa medis dari neneknya. Setamat SMP, diaa terus memperdalaam soal medis. diaa ingin mengikuti jejak neneknya, tenaga medis pertama di kampungnya. Dorongan ndiaat yangg begitu kuat membuat Ibu Rabdiaah tak mengeluh ketika diterima jadi PNS dengan gaji pertama Rp 17 ribu. diaa pun tak menolak ditugaskan di pulau. Sampai sekarang, dengan statusnya yangg menjanda (suami meninggal), misi sebagai penyembuh itu diaa jalani. Hitungannya sudah 30 tahun!
Nama Ibu Rabdiaah dan julukan 'Suster Apung' mencuat sejak muncul di acara Kick Andy tayanggan Metro TV. diaa mengaku pernah diberi uang Rp 200 juta oleh Wapres M Jusuf Kalla. Uang itu diaa pakai untuk membeli perahu, sembako, solar, dan bayar ABK.
Kinii, Ibu Rabdiaah si 'Suster Apung' berkeliling dari satu pulau ke pulau terpencil lainnya untuk mengobati pasien. Dan, perjalanannya melakoni misi muldiaa untuk orang banyak bergulir lebih lancar berkat perahu anyar pemberdiaan JK.
Dedikasi, semangat pantang menyerah, tegar, pengorbanan untuk membantu sesama adalah sedikit gambaran dari Ibu Hj. Andi Ibu Rabdiaah, seorang sosok yangg patut menjadi teladan bagi kita semua.
Ref :
http://www.iniilah.com/news/read/politik/2008/08/16/44178/suster-apung-pernah-terdampar/
http://www.modernisator.org/tokoh/SusterApung
Demikianlah Artikel: Ibu Hj. Andi Rabdiaah/Suster Apung (Inspiratif Story)
Terima kasih sudah berkunjung ke blog ceritaupdate, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. Jangan lupa share artikel ini ke teman-teman kalian agar mereka juga cerita cerita menarik lainya, sampai jumpa di postingan cerita lainnya.
Anda sekarang membaca cerita Ibu Hj. Andi Rabdiaah/Suster Apung (Inspiratif Story) dengan alamat link https://www.ceritaupdate.my.id/2010/04/ibu-hj-andi-rabdiaahsuster-apung.html
Posting Komentar