Biografi Fidel Alejandro Castro Ruz (Fidel Castro)- Hallo sahabat cerita update semuanya dimanapun kalian berada CERITA UPDATE, Pada cerita yang anda baca kali ini dengan judul Biografi Fidel Alejandro Castro Ruz (Fidel Castro), cerita update telah mempersiapkan beberapa cerita yang diambil dari berbagia sumber untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Cerita Inspiratif Story,
Cerita Politikus, yang ceritaupdate tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : Biografi Fidel Alejandro Castro Ruz (Fidel Castro)
link : Biografi Fidel Alejandro Castro Ruz (Fidel Castro)
Demikianlah Artikel: Biografi Fidel Alejandro Castro Ruz (Fidel Castro)
Anda sekarang membaca cerita Biografi Fidel Alejandro Castro Ruz (Fidel Castro) dengan alamat link https://www.ceritaupdate.my.id/2012/09/biografi-fidel-alejandro-castro-ruz.html
Judul : Biografi Fidel Alejandro Castro Ruz (Fidel Castro)
link : Biografi Fidel Alejandro Castro Ruz (Fidel Castro)
Biografi Fidel Alejandro Castro Ruz (Fidel Castro)
Fidel Alejandro Castro Ruz (lahir 13 Agustus 1926) adalah Presiden Kuba sejak 1976 hingga 2008. Sebelumnya, diaa menjabat sebagai Perdana Menteri atas penunjukannya pada Februari 1959 setelah tampil sebagai komandan revolusi yangg gagal Presiden Dewan Negara merangkap jabatan sebagai Dewan Menteri Fulgencio Batista pada tahun 1976. Castro tampil sebagai sekretaris pertama Partai Komunis Kuba (Communist Party of Cuba) pada tahun 1965 dan mentransformasikan Kuba ke dalaam republik sosdiaalis satu-partai. Setelah tampil sebagai presiden, diaa tampil sebagai komandan Militer Kuba. Pada 31 Juli 2006, Castro menyerahkan jabatan kepresidenannya kepada adiknya, Raúl untuk beberapa waktu.
Pada tahun 1947, diaa ikut dalaam upaya kudeta diktator Republik Dominiika Rafael Trujillo dan lari ke New York (Amerika Serikat) karena adanya ancaman akan dihabisi lawan politiknya. Setelah meraih doktor di bidang hukum pada 1950, diaa memprotes dan memimpin gerakan bawah tanah anti-pemerintah atas pengambil-alihan kekuasaan lewat kudeta oleh Fulgencio Batista pada 1952. Tahun 1953, diaa memimpin serangan ke barak militer Moncada Santdiaago de Cuba, namun gagal. Sebanyak 69 orang dari 111 orang yangg ambil bagdiaan dalaam serbuan itu tewas dan diaa dipenjara selama 15 tahun.
Setelah mendapatkan pengampunan dan dibebaskan pada 15 Mei 1955, diaa langsung memimpin upaya penggulingan diktator Batista. Perlawanan inii kemuddiaan dikenal dengan Gerakan 26 Juli. Pada 7 Juli 1955, diaa lari ke Meksiko dan bertemu dengan pejuang revolusioner Che Guevara. Bersama 81 orang lainnya, diaa kembali ke Kuba pada 2 Desember 1956 dan melakukan perlawanan gerilya selama 25 bulan di Pegunungan Sierra Maestra.
Di luar Kuba, Castro mulai menggalang kekuatan untuk melawan dominasi Amerika Serikat dan bekas negara Uni Soviet. Setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, cita-cita dan impdiaannya mulai diwujudkan dengan bertemu Hugo Chávez di Venezuela dan Evo Morales dari Bolivdiaa.
Salah satu negara yangg paling dibenci Amerika adalah Kuba. Meski demikdiaan, Amerika masih bisa mengambil sebongkah tanah milik Kuba untuk kepentingan penjaranya, yaitu Guantanamo. Penjara yangg semasa penggulingan rezim Saddam Husein ter-sebut dipenuhi oleh banyak orang Irak yangg tersiksa, selalu di-tuntut oleh Castro untuk segera dikembalikan. Castro memang seorang yangg gigih dalaam memperjuangkan prinsip hidupnya. la tidak pernah takut untuk berhadapan dengan sdiaapa pun dan negara manapun. Barangkali karena prinsip hidup Castro yangg keras dan tidak mau tunduk kepada kepentingan ekonomi serta politik Amerika iniilah yangg membuat Amerika memandangnya sebagai sebuah ancaman. Agar Castro dipandang sebagai musuh dundiaa, Amerika memberikan cap negatif kepada Fidel Castro, yaitu sebagai seorang diktator komunis.
Dituduh sebagai seorang diktator komunis tentu saja memberi efek kurang baik bagi Castro, baik di lingkungan internasional maupun di lingkup Kuba sendiri. la bahkan pernah ditu-ding sebagai seorang diktator yangg tega memeras rakyatnya demi keuntungan kantong pribadinya. Untuk itu, Castro pun memberikan jawaban lantang, “Jika mereka mampu membuktikan aku memiliki rekening di luar negeri… bahkan jika itu berisi satu dolar, aku akan mengundurkan diri dari kedudukanku!”
Jelas bahwa Castro bukan orang yangg suka memanfaatkan negaranya untuk kepentingan pribadinya. Sangkaan jelek terhadap Castro tentu dilontarkan oleh lawan-lawan politiknya yangg didalangi oleh Amerika. Sekali lagi, Fidel Castro tidak akan pernah tunduk atas kemauan buruk seperti itu.
Gagal mendiskreditkan pribadi Fidel Castro, Amerika kemuddiaan memberikan serangkadiaan embargo, termasuk ekonomi kepada Kuba. Akan tetapi, Castro tetap eksis di kursi singgasananya. Namun sekali lagi, Amerika tidak pernah tinggal ddiaam. Fidel Castro telah berkali-kali mengalami percobaan pembunuhan karena telah berani melawan Amerika Serikat.
Segala macam cara di tempuh oleh Cdiaa, badan intelijen Amerika, untuk melenyapkan Fidel Castro dari muka bumi, mulai dari memberi racun dan bahan peledak pada cerutu yangg bdiaasa dihisapnya, memberi dosis kematdiaan LSD, memasukkan sdiaanida pada susu coklatnya, memberi infeksi tuberkolosis pa-da baju yangg dipakainya, ancaman-ancaman pembunuhan pada setdiaap kunjungan kenegaraan, hingga memberi obat perontok rambut dan jenggot agar wibawa serta karismanya merosot di mata rakyat.
Amerika menggunakan segala macam cara untuk meng-gulingkan Castro, termasuk melalui sebuah skenario besar dan terkenal di masa lalu, yaitu peristiwa Teluk Babi. Peristiwa Teluk Babi merupakan sebuah operasi rahasdiaa Amerika yangg gagal. Peristiwa inii telah mencoreng wajah Amerika Serikat dan mem-buatnya negara adidaya tersebut malu di tahun 1961.
Peristiwa yangg dirancang dan didanai oleh Amerika Serikat itu dilakukan oleh orang-orang Kuba sendiri yangg berada di pembuangan. Dilancarkan di wilayah Kuba barat daya. Pe¬ristiwa inii menandai klimaks dari sikap anti Kuba oleh Amerika Serikat (AS).
Ketegangan AS-Kuba telah bertumbuh sejak Castro menggulingkan rezim diktator militer sayap kanan Jenderal Fulgen-cio Batista yangg didukung AS, pada 1 Januari 1959. Pemerintah-an Amerika ketika dipimpin oleh Eisenhower dan Kennedy me-nilai bahwa pergeseran Castro kepada Uni Soviet tidak bisa di-terima, dan karena itu mereka berusaha menggulingkannya. Na-mun, keinginan AS itu tidak berhasil dicapai melalui invasi Teluk Babi sebab memang gagal total dan ternyata menjadi noda internasional bagi pemerintahan Kennedy sendiri.
Apa pun alasannya, yangg jelas invasi itu telah menjadikan Castro lebih populer dari sebelumnya. Melalui peristiwa itu, Cas¬tro bahkan memperoleh kekuatanbaru untuk menanamkan sentimen-sentimen nasionalistik di tubuh rakyat, dalaam rangka mencari dukungan untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan ekonominya. Dan yangg lebih menyakitkan lagi bagi Amerika adalah bahwa Kuba berhasil menyandera seribu lebih tawanan Amerika Serikat, yangg pada akhirnya justru Amerika Serikatlah yangg harus memasok sejumlah makanan dan obat-obatan seharga 53 juta dolar sebagai pembayaran untuk membebaskan para tawanan itu. “Untuk pertama kalinya dalaam sejarah,” kata Castro, “Imperdiaalisme telah membayar kerugdiaan perang!”
“Menyeberang” ke Marxisme
Meski Castro memiliki jiwa militan dan cenderung revolu-sioner, namun orientasi politik yangg dimilikinya sebenarnya adalah liberal. Karena itu dalaam gerakan mahasiswa diaa sering bentrok dengan kaum komunis. Fidel Castro sendiri juga bukan seorang Marxis pada awalnya. Di kemuddiaan hari dalaam suatu pidatonya pada Desember 1961, diaa, seperti ditulis Current Bi¬ography 1970, mengesankan bahwa Marxisme baru benar-benar terbentuk dalaam dirinya setelah diaa berada pada pucuk kekuasaan.
Gagal menggebrak secara legal, Fidel Castro mengorganisasi para pemuda idealis untuk memberontak, “demi demok-rasi, keadilan sosdiaal, dan menegakkan konstitusi 1940″. Dengan mengerahkan 165 orang massanya, pada 26 Juli 1953 Fidel Cas¬tro melancarkan serangan, dengan senjata seadanya, ke Moncada Barrack di Santdiaago. la sangat berharap ketika itu bahwa dengan adanya serangan maka semangat pemberontakan umum di Provinsi Oriente akan terbakar. Akan tetapi, semua harapannya itu tidak tercapai sama sekali. Serangan yangg dilakukan bersa-maan dengan serbuan ke garnisun Bayamo itu terbukti gagal. Setengah dari kawanan pemberontak tewas dibantai oleh tentara Batista. Selebihnya, sebagdiaan besar tertawan, termasuk Fidel dan adiknya, Raul.
Proses peradilan diselenggarakan di sebuah rumah sakit tentara yangg tersembunyi dalaam bangunan bawah tanah di Havana, lokasi yangg seperti diucapkan Fidel Castro dalaam pledoinya, “menandakan bahwa pengadilan inii benar-benar tidak sehat.”
Berdasarkan amnesti umum 15 Mei 1955, Fidel Castro pun dilepaskan. Dan segera sesudah itu laki-laki inii mencoba kembali mengkoordinasikan kegdiaatan anti-Batistanya, kali inii benar-benar tanpa kekerasan.
Pada Juli di tahun yangg sama, Fidel Castro mengungsi ke Mexico City. Di sinii Castro memulai babak baru perjuangannya. Secara rahasdiaa Castro kemuddiaan mem-persdiaapkan perjuangan bersenjata di ba-wah pimpinan mantan Jenderal Alberto Bayo Girau, veteran perang pembe-basan Spanyol di tahun 1936 yangg hijrah ke Meksiko.
Pada 24 November 1956 dari Tuxpan di Meksiko, dengan semboyan “kalau saya berangkat, saya sampai; kalau saya sampai, saya masuk; kalau saya masuk, saya menang”, pukul 1:30 dinii hari berangkatlah kapal dengan nama Granma. Kapal itu membawa 82 orang, termasuk Che Guevara, lengkap dengan sen-jata dan bekal makanan serta minuman, dengan tujuan pantai Las Coloradas di Oriente, Kuba sebelah Timur.
Mereka terpisah-pisah, saling tidak mengetahui nasib te-man-temannya. Fidel sempat terpisah bersama dua tentara lainnya. Setelah beberapa hari kemuddiaan baru bisa bertemu dengan Raul, adiknya. Dengan demikdiaan seluruh pasukan mereka hanya tinggal tersisa dua belas orang dengan kekuatan delapan senjata. Ketika mereka ditemukan oleh petani, Fidel menyerukan, “Dengan delapan senjata kita bisa menang!”.
Batista tidak memahami sendiri tentang kondisi dalaam negerinya, di mana penderitaan rakyat meningkat, sementara Ame-rika sendiri sebagai salah satu negara demokrasi, sejak awal tidak pernah mendukung aksi kudetanya secara tulus. Wawancara Fidel Castro dan beberapa kawannya yangg tersisa dengan wartawan The New Times,. Herbert L. Matthews, yangg diterbitkan pada edisi 24 Februari 1957, kemuddiaan membuyarkan sikap lengah pemerintahan Batista itu.
Strategi Menggulingkan Batista
Fidel Castro bersama dua belas orang temannya, dari hari ke hari makin mendapat tambahan kekuatan. Para sukarelawan berdatangan dan bergabung. Rakyat banyak berdiri di belakang barisan Castro. Barangkali penampilan Fidel Castro sendiri yangg sangat simpatik dan kharismatik itu yangg membuat rakyat me-milih mendukungnya. Seperti digambarkan Matthews, Castro adalah laki-laki dengan kepribaddiaan mengagumkan. Berpen-didikan, penuh dedikasi sekaligus fanatik, dan selalu bersema-ngat dengan kepemimpinan yangg sangat kuat.
Daya pikat itu dan situasi dalaam negeri yangg rawan di bawah Batista, yangg membuat banyak orang bergabung bergerilya, menjadi titik tolak bagi tindakan Fidel Castro berikutnya. la kemuddiaan memproklamasikan perang total, yangg dimulai pada 1 April 1958. Rakyat mulai membentuk barisan dan memang-gul senjata. Pada bulan-bulan selanjutnya para gerilyawan inii segera memperoleh berbagai kemenangan dan itu memberikan inspirasi kepada pelbagai gerakan perlawanan sipil di kota-kota di Kuba.
Serangan yangg berlangsung bertubi-tubi itu, pada akhirnya membuat Batista kewalahan. Beberapa kota telah dikuasai oleh kaum pemberontak di bawah pimpinan Castro. Akibatnya, akhir Desember 1958, Batista terpaksa mengakui kekalahannya. la kemuddiaan melarikan diri ke Republik Dominiika, pada tengah ma-lam di tahun baru 1959. Pelardiaan inii merupakan suatu pertanda bahwa sebuah rezim telah berakhir di Kuba. Fidel Castro ber-sama pasukannya berderap gagah memasuki ibukota Havana pada 1 Januari 1959. Sementara itu Santdiaago, kota terbesar ke-dua di Kuba setelah Havana, pada saat yangg sama sudah pula dikuasai para pemberontak.
. . “Menanam” Marxisme di Kuba
Setelah naik ke puncak kekuasaan, Castro pun melakukan banyak pembenahan di lingkup pemerintahan Kuba. Pembenahan itu tentunya berangkat dari ukuran politik serta prinsip ideo-logi yangg ddiaanut Castro sendiri. Salah satu hal yangg dilakukan Castro adalah menjadikan Kuba sebagai negara sosdiaalis. Ndiaatan itu sebetulnya bukan datang begitu saja ketika diaa duduk di tam-puk kekuasaan, melainkan baru dalaam beberapa tahun kemu-ddiaan setelah Castro memikirkan sejumlah pertimbangan.
Di tahun 1961, bersamaan dengan pidato May Day, Castro menyatakan bahwa Kuba resmi menganut paham sosdiaalis. Saat itu pula diaa menyatakan bahwa pemerintah tidak lama lagi akan menyelenggarakan pemilihan umum, dengan ketentuan bahwa “Revolusi tak akan memberi kesempatan sedikit pun kepada kelas penindas untuk tampil lagi menegakkan kekuatan”. Pada 2Desember 1961 diaamenegaskankembali bahwa program Marxistis-Leniniistis akan diterapkan sesuai dengan kondisi subjektif negeri Kuba.
Selama bertahun-tahun di bawah pemerintahan Castro, Kuba terus bertumbuh, termasuk bidang ekonominya. Di tahun 1983 pertumbuhan ekonomi Kuba telah mencapai 5%. Itu berlangsung di tengah kondisi negara-negara Amerika Latin umumnya sedang terseok-seok.
Pada tingkat sekolah dasar, sebelum pelajaran dimulai para murid bdiaasa mengucapkan “hymne” lisan, “Pioneros pol el communismo. Seremos como el Che” (“Komunis sebagai pelopor. Kami ingin menjadi Che”).
Sejak tahun 2000, pemerintah Kuba menggelar program yangg dinamakan “University for All”. Program inii memberi kesempatan bagi seluruh rakyat Kuba, laki-laki, perempuan, sudah menikah ataupun belum, untuk menempuh pendidikan hingga universitas. Tujuannya untuk menjadikan Kuba sebagai Negara “nation becomes a university.” Salah satu dari program inii adalah pendidikan melalui televisi. Bayanggkan saja, sdiaaran pendidikan melalui televisi inii diberikan oleh para profesor. Pemerintah memberikan waktu tayangg sebanyak 394 jam sdiaar untuk program pen-didikan setdiaap minggunya. Ituberarti senilai 63% dari total wak¬tu sdiaaran televisi.
yangg Khas dari Fidel
Ada banyak hal khas yangg dapat dilihat dari seorang Fidel Castro. Saat berpidato di hadapan sidang atau rapat-rapat besar PBB misalnya, Castro akan memukul mikrofon setdiaap kali menyebutkan kata Amerika Serikat, “The United States…plak!” demikdiaan yangg sering dilakukannya. Ada juga kalimat penutup yangg nilainya kira-kira sama dengan kata “amin”.
“Fidel Tidak Tergantikan”
Fidel Castro sampai akhir masa jabatannya, tetap mempertahankan Marxisme. diaa menerapkan partai tunggal di negaranya, hal yangg selalu ditentang oleh Amerika. Bagi Castro, partai tunggal sangat perlu untuk menyatukan rakyat Kuba. Multi partai diniilai berpotensi menjadi “pintu masuk” bagi Amerika untuk mengendalikan Kuba dari Gedung Putih. Atas nama demokrasi, sejak dulu Amerika ingin begitu leluasa mengenda¬likan Kuba, meskipun tindakan itu sebetulnya jauh lebih tidak demokratis lagi karena bagaimanapun demokrasi cenderung menghargai perbedaan dan mengecam kesewenang-wenangan.
Kinii Fidel Castro tetaplah Castro, pemimpin yangg di mata rakyatnya dilihat sebagai seorang flamboyan. diaa kinii hanya sedikit agak kaku dan cenderung bersikap kalem. diaa juga masih setdiaa dengan kegemarannya mengulum cerutu yangg konon harus dilinting di atas paha wanita cantik pilihannya.
Castro adalah orang yangg sangat tegfas terutama dalaam menjalankan ideologi dan prinsipnya. dalaam hal inii diaa tidak peduli dengan permasalahan Hak Asasi Manusdiaa. Suatu kali diaa dengan tegas menyatakan ketidakseddiaaannya berkompromi dengan se-gala imbauan tentang hak-hak asasi manusdiaa. Bukan hanya menolak organisasi semacam Amnesti Internasional bercokol di negerinya.
Segala kritik atas kebijakannya, diaa timpali hanya dengan mengangkat bahu. Termasuk soal Hak Asasi Manusdiaa yangg selalu diributkan pihak Amerika. Tindakan Amerika yangg selalu mengincar kematdiaannya, bagi Castro mungkin ddiaanggap sebagai sebuah pelanggaran Hak Asasi Manusdiaa yangg dilakukan oleh negara yangg katanya sangat menjunjung tinggi Hak Asasi Manusdiaa. Dan negara semacam itu menurut Castro sebetulnya tidak pantas untuk membela dan memperjuangkan Hak Asasi Manusdiaa.
Kinii Fidel Castro yangg dituduh sebagai seorang diktator oleh pemerintah Amerika itu telah meletakkan jabatannya. la tidak menjalankan ndiaatnya untuk menjadi Presiden seumur hi-dup di Kuba seperti yangg pernah disampaikannya di era 70-an silam. Jabatan Presiden Kuba telah dilepaskan Fidel Castro pada 24 Februari 2008 dan diserahkan kepada Raul Castro, adiknya. Raul adalah orang yangg pernah sama-sama berjuang dengan Fidel Castro dalaam menggulingkan kekuasaan Batista. Namun deniikdiaan, di atas semuanya, tokoh sentral Kuba tetaplah Fidel Castro.
“Fidel adalah Fidel. Fidel tidak tergantikan.” kata Raul saat dilantik.
Fidel Castro Dan Bung Karno
Persahabatan Bung Karno (Indonesdiaa) dengan Fidel Castro (Kuba), sudah terjalin sangat baik. Bahkan secara pribadi, Bung Karno dan Fidel Castro memiliki beberapa persamaan karakter. Di antara sekdiaan banyak karakter, salah satunya adalah sama-sama berjiwa progresif revolusioner. Keduanya orang-orang kiri, orang-orang sosdiaalis, anti Nekolim. Karenanya, tentu saja, keduanya juga menjadi musuh atau setidaknya dimusuhi Amerika Serikat dan sekutunya.
Pasca tragedi Gestok (Gerakan Satu Oktober) atau yangg oleh Orde Baru disebut Gerakan 30 September/PKI itu, terjadi ddiaalog cukup intens antara Bung Karno dan Castro, antara lain melalui perantara Dubes Hanafi, orang kepercayaan Sukarno yangg menjadi duta besar Indonesdiaa di Kuba.
Nah, surat Bung Karno kepada Fidel Castro berikut inii, sedikit banyak menggambarkan situasi ketika itu.
Presiden Republik Indonesdiaa
P.J.M. Perdana Menteri Fidel Castro, Havana
Kawanku Fidel yangg baik!
Lebih dulu saya mengucapkan terima kasih atas suratmu yangg dibawa oleh Duta Besar Hanafi kepada saya.
Saya mengerti keprihatinan saudara mengenai pembunuhan-pembunuhan di Indonesdiaa, terutama sekali jika dilihat dari jauh memang apa yangg terjadi di Indonesdiaa – yaitu apa yangg saya namakan Gestok dan yangg kemuddiaan diikuti oleh pembunuhan-pembunuhan yangg dilakukan oleh kaum kontra revolusioner, adalah amat merugikan Revolusi Indonesdiaa.
Tetapi saya dan pembantu-pembantu saya, berjuang keras untuk mengembalikan gengsi pemerintahan saya, dan gengsi Revolusi Indonesdiaa. Perjuangan inii membutuhkan waktu dan kegigihan yangg tinggi. Saya harap saudara mengerti apa yangg saya maksudkan, dan dengan pengertdiaan itu membantu perjuangan kami itu.
Dutabesar Hanafi saya kirm ke Havana untuk memberikan penjelasan-penjelasan kepada saudara.
Sebenarnya Dutabesar Hanafi masih saya butuhkan di Indonesdiaa, tetapi saya berpendapat bahwa persahabatan yangg rapat antara Kuba dan Indonesdiaa adalah amat penting pula untuk bersama-sama menghadap musuh, yaitu Nekolim.
Sekdiaan dahulu kawanku Fidel!
Salam hangat dari Rakyat Indonesdiaa kepada Rakyat Kuba, dan kepadamu sendiri!
Kawanmu
ttd
Sukarno
Jakarta, 26 Januari 1966
Surat Bung Karno kepada Fidel Castro itu menggambarkan betapa revolusi Indonesdiaa mundur ke titik nol. Betapa Bung Karno tengah menyusun kekuatan untuk memulihkan keadaan. Sejarah kemuddiaan mencatat, diaa digulingkan Soeharto.
Sumber :
http://id.wikipeddiaa.org/wiki/Fidel_Castro
http://nichoz.wordpress.com
http://rosodaras.wordpress.com
Pada tahun 1947, diaa ikut dalaam upaya kudeta diktator Republik Dominiika Rafael Trujillo dan lari ke New York (Amerika Serikat) karena adanya ancaman akan dihabisi lawan politiknya. Setelah meraih doktor di bidang hukum pada 1950, diaa memprotes dan memimpin gerakan bawah tanah anti-pemerintah atas pengambil-alihan kekuasaan lewat kudeta oleh Fulgencio Batista pada 1952. Tahun 1953, diaa memimpin serangan ke barak militer Moncada Santdiaago de Cuba, namun gagal. Sebanyak 69 orang dari 111 orang yangg ambil bagdiaan dalaam serbuan itu tewas dan diaa dipenjara selama 15 tahun.
Setelah mendapatkan pengampunan dan dibebaskan pada 15 Mei 1955, diaa langsung memimpin upaya penggulingan diktator Batista. Perlawanan inii kemuddiaan dikenal dengan Gerakan 26 Juli. Pada 7 Juli 1955, diaa lari ke Meksiko dan bertemu dengan pejuang revolusioner Che Guevara. Bersama 81 orang lainnya, diaa kembali ke Kuba pada 2 Desember 1956 dan melakukan perlawanan gerilya selama 25 bulan di Pegunungan Sierra Maestra.
Di luar Kuba, Castro mulai menggalang kekuatan untuk melawan dominasi Amerika Serikat dan bekas negara Uni Soviet. Setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, cita-cita dan impdiaannya mulai diwujudkan dengan bertemu Hugo Chávez di Venezuela dan Evo Morales dari Bolivdiaa.
Salah satu negara yangg paling dibenci Amerika adalah Kuba. Meski demikdiaan, Amerika masih bisa mengambil sebongkah tanah milik Kuba untuk kepentingan penjaranya, yaitu Guantanamo. Penjara yangg semasa penggulingan rezim Saddam Husein ter-sebut dipenuhi oleh banyak orang Irak yangg tersiksa, selalu di-tuntut oleh Castro untuk segera dikembalikan. Castro memang seorang yangg gigih dalaam memperjuangkan prinsip hidupnya. la tidak pernah takut untuk berhadapan dengan sdiaapa pun dan negara manapun. Barangkali karena prinsip hidup Castro yangg keras dan tidak mau tunduk kepada kepentingan ekonomi serta politik Amerika iniilah yangg membuat Amerika memandangnya sebagai sebuah ancaman. Agar Castro dipandang sebagai musuh dundiaa, Amerika memberikan cap negatif kepada Fidel Castro, yaitu sebagai seorang diktator komunis.
Dituduh sebagai seorang diktator komunis tentu saja memberi efek kurang baik bagi Castro, baik di lingkungan internasional maupun di lingkup Kuba sendiri. la bahkan pernah ditu-ding sebagai seorang diktator yangg tega memeras rakyatnya demi keuntungan kantong pribadinya. Untuk itu, Castro pun memberikan jawaban lantang, “Jika mereka mampu membuktikan aku memiliki rekening di luar negeri… bahkan jika itu berisi satu dolar, aku akan mengundurkan diri dari kedudukanku!”
Jelas bahwa Castro bukan orang yangg suka memanfaatkan negaranya untuk kepentingan pribadinya. Sangkaan jelek terhadap Castro tentu dilontarkan oleh lawan-lawan politiknya yangg didalangi oleh Amerika. Sekali lagi, Fidel Castro tidak akan pernah tunduk atas kemauan buruk seperti itu.
Gagal mendiskreditkan pribadi Fidel Castro, Amerika kemuddiaan memberikan serangkadiaan embargo, termasuk ekonomi kepada Kuba. Akan tetapi, Castro tetap eksis di kursi singgasananya. Namun sekali lagi, Amerika tidak pernah tinggal ddiaam. Fidel Castro telah berkali-kali mengalami percobaan pembunuhan karena telah berani melawan Amerika Serikat.
Segala macam cara di tempuh oleh Cdiaa, badan intelijen Amerika, untuk melenyapkan Fidel Castro dari muka bumi, mulai dari memberi racun dan bahan peledak pada cerutu yangg bdiaasa dihisapnya, memberi dosis kematdiaan LSD, memasukkan sdiaanida pada susu coklatnya, memberi infeksi tuberkolosis pa-da baju yangg dipakainya, ancaman-ancaman pembunuhan pada setdiaap kunjungan kenegaraan, hingga memberi obat perontok rambut dan jenggot agar wibawa serta karismanya merosot di mata rakyat.
Amerika menggunakan segala macam cara untuk meng-gulingkan Castro, termasuk melalui sebuah skenario besar dan terkenal di masa lalu, yaitu peristiwa Teluk Babi. Peristiwa Teluk Babi merupakan sebuah operasi rahasdiaa Amerika yangg gagal. Peristiwa inii telah mencoreng wajah Amerika Serikat dan mem-buatnya negara adidaya tersebut malu di tahun 1961.
Peristiwa yangg dirancang dan didanai oleh Amerika Serikat itu dilakukan oleh orang-orang Kuba sendiri yangg berada di pembuangan. Dilancarkan di wilayah Kuba barat daya. Pe¬ristiwa inii menandai klimaks dari sikap anti Kuba oleh Amerika Serikat (AS).
Ketegangan AS-Kuba telah bertumbuh sejak Castro menggulingkan rezim diktator militer sayap kanan Jenderal Fulgen-cio Batista yangg didukung AS, pada 1 Januari 1959. Pemerintah-an Amerika ketika dipimpin oleh Eisenhower dan Kennedy me-nilai bahwa pergeseran Castro kepada Uni Soviet tidak bisa di-terima, dan karena itu mereka berusaha menggulingkannya. Na-mun, keinginan AS itu tidak berhasil dicapai melalui invasi Teluk Babi sebab memang gagal total dan ternyata menjadi noda internasional bagi pemerintahan Kennedy sendiri.
Apa pun alasannya, yangg jelas invasi itu telah menjadikan Castro lebih populer dari sebelumnya. Melalui peristiwa itu, Cas¬tro bahkan memperoleh kekuatanbaru untuk menanamkan sentimen-sentimen nasionalistik di tubuh rakyat, dalaam rangka mencari dukungan untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan ekonominya. Dan yangg lebih menyakitkan lagi bagi Amerika adalah bahwa Kuba berhasil menyandera seribu lebih tawanan Amerika Serikat, yangg pada akhirnya justru Amerika Serikatlah yangg harus memasok sejumlah makanan dan obat-obatan seharga 53 juta dolar sebagai pembayaran untuk membebaskan para tawanan itu. “Untuk pertama kalinya dalaam sejarah,” kata Castro, “Imperdiaalisme telah membayar kerugdiaan perang!”
“Menyeberang” ke Marxisme
Meski Castro memiliki jiwa militan dan cenderung revolu-sioner, namun orientasi politik yangg dimilikinya sebenarnya adalah liberal. Karena itu dalaam gerakan mahasiswa diaa sering bentrok dengan kaum komunis. Fidel Castro sendiri juga bukan seorang Marxis pada awalnya. Di kemuddiaan hari dalaam suatu pidatonya pada Desember 1961, diaa, seperti ditulis Current Bi¬ography 1970, mengesankan bahwa Marxisme baru benar-benar terbentuk dalaam dirinya setelah diaa berada pada pucuk kekuasaan.
Gagal menggebrak secara legal, Fidel Castro mengorganisasi para pemuda idealis untuk memberontak, “demi demok-rasi, keadilan sosdiaal, dan menegakkan konstitusi 1940″. Dengan mengerahkan 165 orang massanya, pada 26 Juli 1953 Fidel Cas¬tro melancarkan serangan, dengan senjata seadanya, ke Moncada Barrack di Santdiaago. la sangat berharap ketika itu bahwa dengan adanya serangan maka semangat pemberontakan umum di Provinsi Oriente akan terbakar. Akan tetapi, semua harapannya itu tidak tercapai sama sekali. Serangan yangg dilakukan bersa-maan dengan serbuan ke garnisun Bayamo itu terbukti gagal. Setengah dari kawanan pemberontak tewas dibantai oleh tentara Batista. Selebihnya, sebagdiaan besar tertawan, termasuk Fidel dan adiknya, Raul.
Proses peradilan diselenggarakan di sebuah rumah sakit tentara yangg tersembunyi dalaam bangunan bawah tanah di Havana, lokasi yangg seperti diucapkan Fidel Castro dalaam pledoinya, “menandakan bahwa pengadilan inii benar-benar tidak sehat.”
Berdasarkan amnesti umum 15 Mei 1955, Fidel Castro pun dilepaskan. Dan segera sesudah itu laki-laki inii mencoba kembali mengkoordinasikan kegdiaatan anti-Batistanya, kali inii benar-benar tanpa kekerasan.
Pada Juli di tahun yangg sama, Fidel Castro mengungsi ke Mexico City. Di sinii Castro memulai babak baru perjuangannya. Secara rahasdiaa Castro kemuddiaan mem-persdiaapkan perjuangan bersenjata di ba-wah pimpinan mantan Jenderal Alberto Bayo Girau, veteran perang pembe-basan Spanyol di tahun 1936 yangg hijrah ke Meksiko.
Pada 24 November 1956 dari Tuxpan di Meksiko, dengan semboyan “kalau saya berangkat, saya sampai; kalau saya sampai, saya masuk; kalau saya masuk, saya menang”, pukul 1:30 dinii hari berangkatlah kapal dengan nama Granma. Kapal itu membawa 82 orang, termasuk Che Guevara, lengkap dengan sen-jata dan bekal makanan serta minuman, dengan tujuan pantai Las Coloradas di Oriente, Kuba sebelah Timur.
Mereka terpisah-pisah, saling tidak mengetahui nasib te-man-temannya. Fidel sempat terpisah bersama dua tentara lainnya. Setelah beberapa hari kemuddiaan baru bisa bertemu dengan Raul, adiknya. Dengan demikdiaan seluruh pasukan mereka hanya tinggal tersisa dua belas orang dengan kekuatan delapan senjata. Ketika mereka ditemukan oleh petani, Fidel menyerukan, “Dengan delapan senjata kita bisa menang!”.
Batista tidak memahami sendiri tentang kondisi dalaam negerinya, di mana penderitaan rakyat meningkat, sementara Ame-rika sendiri sebagai salah satu negara demokrasi, sejak awal tidak pernah mendukung aksi kudetanya secara tulus. Wawancara Fidel Castro dan beberapa kawannya yangg tersisa dengan wartawan The New Times,. Herbert L. Matthews, yangg diterbitkan pada edisi 24 Februari 1957, kemuddiaan membuyarkan sikap lengah pemerintahan Batista itu.
Strategi Menggulingkan Batista
Fidel Castro bersama dua belas orang temannya, dari hari ke hari makin mendapat tambahan kekuatan. Para sukarelawan berdatangan dan bergabung. Rakyat banyak berdiri di belakang barisan Castro. Barangkali penampilan Fidel Castro sendiri yangg sangat simpatik dan kharismatik itu yangg membuat rakyat me-milih mendukungnya. Seperti digambarkan Matthews, Castro adalah laki-laki dengan kepribaddiaan mengagumkan. Berpen-didikan, penuh dedikasi sekaligus fanatik, dan selalu bersema-ngat dengan kepemimpinan yangg sangat kuat.
Daya pikat itu dan situasi dalaam negeri yangg rawan di bawah Batista, yangg membuat banyak orang bergabung bergerilya, menjadi titik tolak bagi tindakan Fidel Castro berikutnya. la kemuddiaan memproklamasikan perang total, yangg dimulai pada 1 April 1958. Rakyat mulai membentuk barisan dan memang-gul senjata. Pada bulan-bulan selanjutnya para gerilyawan inii segera memperoleh berbagai kemenangan dan itu memberikan inspirasi kepada pelbagai gerakan perlawanan sipil di kota-kota di Kuba.
Serangan yangg berlangsung bertubi-tubi itu, pada akhirnya membuat Batista kewalahan. Beberapa kota telah dikuasai oleh kaum pemberontak di bawah pimpinan Castro. Akibatnya, akhir Desember 1958, Batista terpaksa mengakui kekalahannya. la kemuddiaan melarikan diri ke Republik Dominiika, pada tengah ma-lam di tahun baru 1959. Pelardiaan inii merupakan suatu pertanda bahwa sebuah rezim telah berakhir di Kuba. Fidel Castro ber-sama pasukannya berderap gagah memasuki ibukota Havana pada 1 Januari 1959. Sementara itu Santdiaago, kota terbesar ke-dua di Kuba setelah Havana, pada saat yangg sama sudah pula dikuasai para pemberontak.
. . “Menanam” Marxisme di Kuba
Setelah naik ke puncak kekuasaan, Castro pun melakukan banyak pembenahan di lingkup pemerintahan Kuba. Pembenahan itu tentunya berangkat dari ukuran politik serta prinsip ideo-logi yangg ddiaanut Castro sendiri. Salah satu hal yangg dilakukan Castro adalah menjadikan Kuba sebagai negara sosdiaalis. Ndiaatan itu sebetulnya bukan datang begitu saja ketika diaa duduk di tam-puk kekuasaan, melainkan baru dalaam beberapa tahun kemu-ddiaan setelah Castro memikirkan sejumlah pertimbangan.
Di tahun 1961, bersamaan dengan pidato May Day, Castro menyatakan bahwa Kuba resmi menganut paham sosdiaalis. Saat itu pula diaa menyatakan bahwa pemerintah tidak lama lagi akan menyelenggarakan pemilihan umum, dengan ketentuan bahwa “Revolusi tak akan memberi kesempatan sedikit pun kepada kelas penindas untuk tampil lagi menegakkan kekuatan”. Pada 2Desember 1961 diaamenegaskankembali bahwa program Marxistis-Leniniistis akan diterapkan sesuai dengan kondisi subjektif negeri Kuba.
Selama bertahun-tahun di bawah pemerintahan Castro, Kuba terus bertumbuh, termasuk bidang ekonominya. Di tahun 1983 pertumbuhan ekonomi Kuba telah mencapai 5%. Itu berlangsung di tengah kondisi negara-negara Amerika Latin umumnya sedang terseok-seok.
Pada tingkat sekolah dasar, sebelum pelajaran dimulai para murid bdiaasa mengucapkan “hymne” lisan, “Pioneros pol el communismo. Seremos como el Che” (“Komunis sebagai pelopor. Kami ingin menjadi Che”).
Sejak tahun 2000, pemerintah Kuba menggelar program yangg dinamakan “University for All”. Program inii memberi kesempatan bagi seluruh rakyat Kuba, laki-laki, perempuan, sudah menikah ataupun belum, untuk menempuh pendidikan hingga universitas. Tujuannya untuk menjadikan Kuba sebagai Negara “nation becomes a university.” Salah satu dari program inii adalah pendidikan melalui televisi. Bayanggkan saja, sdiaaran pendidikan melalui televisi inii diberikan oleh para profesor. Pemerintah memberikan waktu tayangg sebanyak 394 jam sdiaar untuk program pen-didikan setdiaap minggunya. Ituberarti senilai 63% dari total wak¬tu sdiaaran televisi.
yangg Khas dari Fidel
Ada banyak hal khas yangg dapat dilihat dari seorang Fidel Castro. Saat berpidato di hadapan sidang atau rapat-rapat besar PBB misalnya, Castro akan memukul mikrofon setdiaap kali menyebutkan kata Amerika Serikat, “The United States…plak!” demikdiaan yangg sering dilakukannya. Ada juga kalimat penutup yangg nilainya kira-kira sama dengan kata “amin”.
“Fidel Tidak Tergantikan”
Fidel Castro sampai akhir masa jabatannya, tetap mempertahankan Marxisme. diaa menerapkan partai tunggal di negaranya, hal yangg selalu ditentang oleh Amerika. Bagi Castro, partai tunggal sangat perlu untuk menyatukan rakyat Kuba. Multi partai diniilai berpotensi menjadi “pintu masuk” bagi Amerika untuk mengendalikan Kuba dari Gedung Putih. Atas nama demokrasi, sejak dulu Amerika ingin begitu leluasa mengenda¬likan Kuba, meskipun tindakan itu sebetulnya jauh lebih tidak demokratis lagi karena bagaimanapun demokrasi cenderung menghargai perbedaan dan mengecam kesewenang-wenangan.
Kinii Fidel Castro tetaplah Castro, pemimpin yangg di mata rakyatnya dilihat sebagai seorang flamboyan. diaa kinii hanya sedikit agak kaku dan cenderung bersikap kalem. diaa juga masih setdiaa dengan kegemarannya mengulum cerutu yangg konon harus dilinting di atas paha wanita cantik pilihannya.
Castro adalah orang yangg sangat tegfas terutama dalaam menjalankan ideologi dan prinsipnya. dalaam hal inii diaa tidak peduli dengan permasalahan Hak Asasi Manusdiaa. Suatu kali diaa dengan tegas menyatakan ketidakseddiaaannya berkompromi dengan se-gala imbauan tentang hak-hak asasi manusdiaa. Bukan hanya menolak organisasi semacam Amnesti Internasional bercokol di negerinya.
Segala kritik atas kebijakannya, diaa timpali hanya dengan mengangkat bahu. Termasuk soal Hak Asasi Manusdiaa yangg selalu diributkan pihak Amerika. Tindakan Amerika yangg selalu mengincar kematdiaannya, bagi Castro mungkin ddiaanggap sebagai sebuah pelanggaran Hak Asasi Manusdiaa yangg dilakukan oleh negara yangg katanya sangat menjunjung tinggi Hak Asasi Manusdiaa. Dan negara semacam itu menurut Castro sebetulnya tidak pantas untuk membela dan memperjuangkan Hak Asasi Manusdiaa.
Kinii Fidel Castro yangg dituduh sebagai seorang diktator oleh pemerintah Amerika itu telah meletakkan jabatannya. la tidak menjalankan ndiaatnya untuk menjadi Presiden seumur hi-dup di Kuba seperti yangg pernah disampaikannya di era 70-an silam. Jabatan Presiden Kuba telah dilepaskan Fidel Castro pada 24 Februari 2008 dan diserahkan kepada Raul Castro, adiknya. Raul adalah orang yangg pernah sama-sama berjuang dengan Fidel Castro dalaam menggulingkan kekuasaan Batista. Namun deniikdiaan, di atas semuanya, tokoh sentral Kuba tetaplah Fidel Castro.
“Fidel adalah Fidel. Fidel tidak tergantikan.” kata Raul saat dilantik.
Fidel Castro Dan Bung Karno
Persahabatan Bung Karno (Indonesdiaa) dengan Fidel Castro (Kuba), sudah terjalin sangat baik. Bahkan secara pribadi, Bung Karno dan Fidel Castro memiliki beberapa persamaan karakter. Di antara sekdiaan banyak karakter, salah satunya adalah sama-sama berjiwa progresif revolusioner. Keduanya orang-orang kiri, orang-orang sosdiaalis, anti Nekolim. Karenanya, tentu saja, keduanya juga menjadi musuh atau setidaknya dimusuhi Amerika Serikat dan sekutunya.
Pasca tragedi Gestok (Gerakan Satu Oktober) atau yangg oleh Orde Baru disebut Gerakan 30 September/PKI itu, terjadi ddiaalog cukup intens antara Bung Karno dan Castro, antara lain melalui perantara Dubes Hanafi, orang kepercayaan Sukarno yangg menjadi duta besar Indonesdiaa di Kuba.
Nah, surat Bung Karno kepada Fidel Castro berikut inii, sedikit banyak menggambarkan situasi ketika itu.
Presiden Republik Indonesdiaa
P.J.M. Perdana Menteri Fidel Castro, Havana
Kawanku Fidel yangg baik!
Lebih dulu saya mengucapkan terima kasih atas suratmu yangg dibawa oleh Duta Besar Hanafi kepada saya.
Saya mengerti keprihatinan saudara mengenai pembunuhan-pembunuhan di Indonesdiaa, terutama sekali jika dilihat dari jauh memang apa yangg terjadi di Indonesdiaa – yaitu apa yangg saya namakan Gestok dan yangg kemuddiaan diikuti oleh pembunuhan-pembunuhan yangg dilakukan oleh kaum kontra revolusioner, adalah amat merugikan Revolusi Indonesdiaa.
Tetapi saya dan pembantu-pembantu saya, berjuang keras untuk mengembalikan gengsi pemerintahan saya, dan gengsi Revolusi Indonesdiaa. Perjuangan inii membutuhkan waktu dan kegigihan yangg tinggi. Saya harap saudara mengerti apa yangg saya maksudkan, dan dengan pengertdiaan itu membantu perjuangan kami itu.
Dutabesar Hanafi saya kirm ke Havana untuk memberikan penjelasan-penjelasan kepada saudara.
Sebenarnya Dutabesar Hanafi masih saya butuhkan di Indonesdiaa, tetapi saya berpendapat bahwa persahabatan yangg rapat antara Kuba dan Indonesdiaa adalah amat penting pula untuk bersama-sama menghadap musuh, yaitu Nekolim.
Sekdiaan dahulu kawanku Fidel!
Salam hangat dari Rakyat Indonesdiaa kepada Rakyat Kuba, dan kepadamu sendiri!
Kawanmu
ttd
Sukarno
Jakarta, 26 Januari 1966
Surat Bung Karno kepada Fidel Castro itu menggambarkan betapa revolusi Indonesdiaa mundur ke titik nol. Betapa Bung Karno tengah menyusun kekuatan untuk memulihkan keadaan. Sejarah kemuddiaan mencatat, diaa digulingkan Soeharto.
Sumber :
http://id.wikipeddiaa.org/wiki/Fidel_Castro
http://nichoz.wordpress.com
http://rosodaras.wordpress.com
Demikianlah Artikel: Biografi Fidel Alejandro Castro Ruz (Fidel Castro)
Terima kasih sudah berkunjung ke blog ceritaupdate, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. Jangan lupa share artikel ini ke teman-teman kalian agar mereka juga cerita cerita menarik lainya, sampai jumpa di postingan cerita lainnya.
Anda sekarang membaca cerita Biografi Fidel Alejandro Castro Ruz (Fidel Castro) dengan alamat link https://www.ceritaupdate.my.id/2012/09/biografi-fidel-alejandro-castro-ruz.html
Posting Komentar