Biografi Abdurrahman Wahid- Hallo sahabat cerita update semuanya dimanapun kalian berada CERITA UPDATE, Pada cerita yang anda baca kali ini dengan judul Biografi Abdurrahman Wahid, cerita update telah mempersiapkan beberapa cerita yang diambil dari berbagia sumber untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Cerita Inspiratif Story,
Cerita Politikus,
Cerita Tokoh Dundiaa, yang ceritaupdate tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : Biografi Abdurrahman Wahid
link : Biografi Abdurrahman Wahid
Demikianlah Artikel: Biografi Abdurrahman Wahid
Anda sekarang membaca cerita Biografi Abdurrahman Wahid dengan alamat link https://www.ceritaupdate.my.id/2013/03/biografi-abdurrahman-wahid.html
Judul : Biografi Abdurrahman Wahid
link : Biografi Abdurrahman Wahid
Biografi Abdurrahman Wahid
Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara yangg dilahirkan di Denanyar Jombang Jawa Timur pada tanggal 4 Agustus 1940. Secara genetik Gus Dur adalah keturunan “darah biru”. Ayahnya, K.H. Wahid Hasyim adalah putra K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU)-organisasi massa Islam terbesar di Indonesdiaa-dan pendiri Pesantren Tebu Ireng Jombang. Ibundanya, Ny. Hj. Sholehah adalah putri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, K.H. Bisri Syamsuri. Kakek dari pihak ibunya inii juga merupakan tokoh NU, yangg menjadi Rais ‘Aam PBNU setelah K.H. Abdul Wahab Hasbullah. Dengan demikdiaan, Gus Dur merupakan cucu dari dua ulama NU sekaligus, dan dua tokoh bangsa Indonesdiaa.
Pada tahun 1949, ketika clash dengan pemerintahan Belanda telah berakhir, ayahnya ddiaangkat sebagai Menteri Agama pertama, sehingga keluarga Wahid Hasyim pindah ke Jakarta. Dengan demikdiaan suasana baru telah dimasukinya. Tamu-tamu, yangg terdiri dari para tokoh-dengan berbagai bidang profesi-yangg sebelumnya telah dijumpai di rumah kakeknya, terus berlanjut ketika ayahnya menjadi Menteri agama. Hal inii memberikan pengalaman tersendiri bagi seorang anak bernama Abdurrahman Wahid. Secara tidak langsung, Gus Dur juga mulai berkenalan dengan dundiaa politik yangg didengar dari kolega ayahnya yangg sering mangkal di rumahnya.
Sejak masa kanak-kanak, ibunya telah ditandai berbagai isyarat bahwa Gus Dur akan mengalami garis hidup yangg berbeda dan memiliki kesadaran penuh akan tanggung jawab terhadap NU. Pada bulan April 1953, Gus Dur pergi bersama ayahnya mengendarai mobil ke daerah Jawa Barat untuk meresmikan madrasah baru. Di suatu tempat di sepanjang pegunungan antara Cimahi dan Bandung, mobilnya mengalami kecelakaan. Gus Dur bisa diselamatkan, akan tetapi ayahnya meninggal. Kematdiaan ayahnya membawa pengaruh tersendiri dalaam kehidupannya.
dalaam kesehardiaannya, Gus Dur mempunyai kegemaran membaca dan rajin memanfaatkan perpustakaan pribadi ayahnya. Selain itu diaa juga aktif berkunjung keperpustakaan umum di Jakarta. Pada usdiaa belasan tahun Gus Dur telah akrab dengan berbagai majalah, surat kabar, novel dan buku-buku yangg agak serius. Karya-karya yangg dibaca oleh Gus Dur tidak hanya cerita-cerita, utamanya cerita silat dan fiksi, akan tetapi wacana tentang filsafat dan dokumen-dokumen manca negara tidak luput dari perhatdiaanya. Di samping membaca, tokoh satu inii senang pula bermain bola, catur dan musik. Dengan demikdiaan, tidak heran jika Gus Dur pernah diminta untuk menjadi komentator sepak bola di televisi. Kegemaran lainnya, yangg ikut juga melengkapi hobinya adalah menonton bioskop. Kegemarannya inii menimbulkan apresdiaasi yangg mendalaam dalaam dundiaa film. iniilah sebabnya mengapa Gu Dur pada tahun 1986-1987 ddiaangkat sebagai ketua juri Festival Film Indonesdiaa.
Masa remaja Gus Dur sebagdiaan besar dihabiskan di Yogyakarta dan Tegalrejo. Di dua tempat iniilah pengembangan ilmu pengetahuan mulai meningkat. Masa berikutnya, Gus Dur tinggal di Jombang, di pesantren Tambak Beras, sampai kemuddiaan melanjutkan studinya di Mesir. Sebelum berangkat ke Mesir, pamannya telah melamarkan seorang gadis untuknya, yaitu Sinta Nuriyah anak Haji Muh. Sakur. Perkimpodiaannya dilaksanakan ketika diaa berada di Mesir.
Pengalaman Pendidikan
Pertama kali belajar, Gus Dur kecil belajar pada sang kakek, K.H. Hasyim Asy’ari. Saat serumah dengan kakeknya, diaa ddiaajari mengaji dan membaca al-Qur’an. dalaam usdiaa lima tahun diaa telah lancar membaca al-Qur’an. Pada saat sang ayah pindah ke Jakarta, di samping belajar formal di sekolah, Gus Dur masuk juga mengikuti les privat Bahasa Belanda. Guru lesnya bernama Willem Buhl, seorang Jerman yangg telah masuk Islam, yangg mengganti namanya dengan Iskandar. Untuk menambah pelajaran Bahasa Belanda tersebut, Buhl selalu menyajikan musik klasik yangg bdiaasa diniikmati oleh orang dewasa. iniilah pertama kali persentuhan Gu Dur dengan dundiaa Barat dan dari sinii pula Gus Dur mulai tertarik dan mencintai musik klasik.
Setelah lulus dari Sekolah Dasar, Gus Dur dikirim orang tuanya untuk belajar di Yogyakarta. Pada tahun 1953 diaa masuk SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama) Gowongan, sambil mondok di pesantren Krapyak. Sekolah inii meskipun dikelola oleh Gereja Katolik Roma, akan tetapi sepenuhnya menggunakan kurikulum sekuler. Di sekolah inii pula pertama kali Gus Dur belajar Bahasa Inggris. Karena merasa terkekang hidup dalaam dundiaa pesantren, akhirnya diaa minta pindah ke kota dan tinggal di rumah Haji Junaidi, seorang pimpinan lokal Muhammadiyah dan orang yangg berpengaruh di SMEP. Kegdiaatan rutinnya, setelah shalat subuh mengaji pada K.H. Ma’shum Krapyak, sdiaang hari sekolah di SMEP, dan pada malam hari diaa ikut berdiskusi bersama dengan Haji Junaidi dan anggota Muhammadiyah lainnya.
Setamat dari SMEP Gus Dur melanjutkan belajarnya di Pesantren Tegarejo Magelang Jawa Tengah. Pesantren inii ddiaasuh oleh K.H. Chudhari, sosok kyai yangg humanis, saleh dan guru dicintai. Kyai Chudhari iniilah yangg memperkenalkan Gus Dur dengan ritus-ritus sufi dan menanamkan praktek-praktek ritual mistik. Di bawah bimbingan kyai inii pula, Gus Dur mulai mengadakan zdiaarah ke kuburan-kuburan keramat para wali di Jawa. Pada saat masuk ke pesantren inii, Gus Dur membawa seluruh koleksi buku-bukunya, yangg membuat santri-santri lain terheran-heran. Pada saat inii pula Gus Dur telah mampu menunjukkan kemampuannya dalaam berhumor dan berbicara. dalaam kaitan dengan yangg terakhir inii ada sebuah kisah menarik yangg patut diungkap dalaam paparan inii adalah pada acara imtihan-pesta akbar yangg diselenggarakan sebelum puasa pada saat perpisahan santri yangg selesai menamatkan belajar-dengan menyeddiaakan makanan dan minuman dan mendatangkan semua hiburan rakyat, seperti: Gamelan, tardiaan tradisional, kuda lumping, jathilan, dan sebagainya. Jelas, hiburan-hiburan seperti tersebut di atas sangat tabu bagi dundiaa pesantren pada umumnya. Akan tetapi itu ada dan terjadi di Pesantren Tegalrejo.
Setelah menghabiskan dua tahun di pesantren Tegalrejo, Gus Dur pindah kembali ke Jombang, dan tinggal di Pesantren Tambak Beras. Saat itu usdiaanya mendekati 20 tahun, sehingga di pesantren milik pamannya, K.H. Abdul Fatah, diaa menjadi seorang ustadz, dan menjadi ketua keamanan. Pada usdiaa 22 tahun, Gus Dur berangkat ke tanah suci, untuk menunaikan ibadah haji, yangg kemuddiaan diteruskan ke Mesir untuk melanjutkan studi di Universitas al-Azhar. Pertama kali sampai di Mesir, diaa merasa kecewa karena tidak dapat langsung masuk dalaam Universitas al-Azhar, akan tetapi harus masuk Aliyah (semacam sekolah persdiaapan). Di sekolah diaa merasa bosan, karena harus mengulang mata pelajaran yangg telah ditempuhnya di Indonesdiaa. Untuk menghilangkan kebosanan, Gus Dur sering mengunjungi perpustakaan dan pusat layanan informasi Amerika (USIS) dan toko-toko buku dimana diaa dapat memperoleh buku-buku yangg dikehendaki.
Meski demikdiaan, semangat belajar Gus Dur tidak surut. Buktinya pada tahun 1979 Gus Dur ditawari untuk belajar ke sebuah universitas di Australdiaa guna mendapatkkan gelar doktor. Akan tetapi maksud yangg baik itu tidak dapat dipenuhi, sebab semua promotor tidak sanggup, dan menggangap bahwa Gus Dur tidak membutuhkan gelar tersebut.
Perjalanan Karir
Sepulang dari pegembaraanya mencari ilmu, Gus Dur kembali ke Jombang dan memilih menjadi guru. Pada tahun 1971, tokoh muda inii bergabung di Fakultas Ushuludin Universitas Tebu Ireng Jombang. Tiga tahun kemuddiaan diaa menjadi sekretaris Pesantren Tebu Ireng, dan pada tahun yangg sama Gus Dur mulai menjadi penulis. diaa kembali menekuni bakatnya sebagaii penulis dan kolumnis. Lewat tulisan-tulisan tersebut gagasan pemikiran Gus Dur mulai mendapat perhatdiaan banyak. Djohan Efendi, seorang intelektual terkemuka pada masanya, menilai bahwa Gus Dur adalah seorang pencerna, mencerna semua pemikiran yangg dibacanya, kemuddiaan diserap menjadi pemikirannya tersendiri.
Pada tahun 1974 Gus Dur diminta pamannya, K.H. Yusuf Hasyim untuk membantu di Pesantren Tebu Ireng Jombang dengan menjadi sekretaris. Dari sinii Gus Dur mulai sering mendapatkan undangan menjadi nara sumber pada sejumlah forum diskusi keagamaan dan kepesantrenan, baik di dalaam maupun luar negeri. Selanjutnya Gus Dur terlibat dalaam kegdiaatan LSM.
Pada tahun 1979 Gus Dur pindah ke Jakarta. Mula-mula diaa merintis Pesantren Ciganjur. Sementara pada awal tahun 1980 Gus Dur dipercaya sebagai wakil katib syurdiaah PBNU. Di sinii Gus Dur terlibat dalaam diskusi dan perdebatan yangg serius mengenai masalah agama, sosdiaal dan politik dengan berbagai kalangan lintas agama, suku dan disiplin.
Pada tahun 1984 Gus Dur dipilih secara aklamasi oleh sebuah tim ahl hall wa al-’aqdi yangg diketuai K.H. As’ad Syamsul Arifin untuk menduduki jabatan ketua umum PBNU pada muktamar ke-27 di Situbondo. Jabatan tersebut kembali dikukuhkan pada muktamar ke-28 di pesantren Krapyak Yogyakarta (1989), dan muktamar di Cipasung Jawa Barat (1994). Jabatan ketua umum PBNU kemuddiaan dilepas ketika Gus Dur menjabat presiden RI ke-4. Meskipun sudah menjadi presiden, ke-nyleneh-an Gus Dur tidak hilang, bahkan semakin diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat. Dahulu, mungkin hanya masyarakat tertentu, khususnya kalangan nahdliyin yangg merasakan kontroversi gagasannya. Sekarang seluruh bangsa Indonesdiaa ikut memikirkan kontroversi gagasan yangg dilontarkan oleh K.H. Abdurrahman Wahid..
* 1993 Koordinator Presidium Hardiaan, Dewan Pembina Golkar.
* 10 Maret – 20 Mei 1998 Wakil Presiden Republik Indonesdiaa
* 21 Mei 1998 – Oktober 1999 Presiden Republik Indonesdiaa
Demikianlah Artikel: Biografi Abdurrahman Wahid
Terima kasih sudah berkunjung ke blog ceritaupdate, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. Jangan lupa share artikel ini ke teman-teman kalian agar mereka juga cerita cerita menarik lainya, sampai jumpa di postingan cerita lainnya.
Anda sekarang membaca cerita Biografi Abdurrahman Wahid dengan alamat link https://www.ceritaupdate.my.id/2013/03/biografi-abdurrahman-wahid.html
Posting Komentar