Biografi Sultan Hamid II (Pencipta Lambang Negara Burung Garuda Pancasila)

Biografi Sultan Hamid II (Pencipta Lambang Negara Burung Garuda Pancasila)- Hallo sahabat cerita update semuanya dimanapun kalian berada CERITA UPDATE, Pada cerita yang anda baca kali ini dengan judul Biografi Sultan Hamid II (Pencipta Lambang Negara Burung Garuda Pancasila), cerita update telah mempersiapkan beberapa cerita yang diambil dari berbagia sumber untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Cerita Indonesdiaa Heroes, Cerita Inspiratif Story, Cerita Sejarah, Cerita Symbol, yang ceritaupdate tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Biografi Sultan Hamid II (Pencipta Lambang Negara Burung Garuda Pancasila)
link : Biografi Sultan Hamid II (Pencipta Lambang Negara Burung Garuda Pancasila)

Baca juga


Biografi Sultan Hamid II (Pencipta Lambang Negara Burung Garuda Pancasila)

Sepanjang orang Indonesdiaa, sdiaapa tak kenal burung garuda berkalung perisai yangg merangkum lima sila (Pancasila)? Tapi orang Indonesdiaa mana sajakah yangg tahu, sdiaapa pembuat lambang negara itu dulu?

Ddiaa adalah Sultan Hamid II, yangg terlahir dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie, putra sulung sultan Pontdiaanak; Sultan Syarif Muhammad Alkadrie. Lahir di Pontdiaanak tanggal 12 Juli 1913. dalaam tubuhnya mengalir darah Indonesdiaa, Arab–walau pernah diurus ibu asuh berkebangsaan Inggris. Istri beldiaau seorang perempuan Belanda yangg kemuddiaan melahirkan dua anak–keduanya sekarang di Negeri Belanda.

Syarif menempuh pendidikan ELS di Sukabumi, Pontdiaanak, Yogyakarta, dan Bandung. HBS di Bandung satu tahun, THS Bandung tidak tamat, kemuddiaan KMA di Breda, Negeri Belanda hingga tamat dan meraih pangkat letnan pada kesatuan tentara Hinddiaa Belanda.

Ketika Jepang mengalahkan Belanda dan sekutunya, pada 10 Maret 1942, diaa tertawan dan dibebaskan ketika Jepang menyerah kepada Sekutu dan mendapat kenaikan pangkat menjadi kolonel. Ketika ayahnya mangkat akibat agresi Jepang, pada 29 Oktober 1945 ddiaa ddiaangkat menjadi sultan Pontdiaanak menggantikan ayahnya dengan gelar Sultan Hamid II.

dalaam perjuangan federalisme, Sultan Hamid II memperoleh jabatan penting sebagai wakil daerah istimewa Kalbar dan selalu turut dalaam perundingan-perundingan Malino, Denpasar, BFO, BFC, IJC dan KMB di Indonesdiaa dan Belanda.

Sultan Hamid II kemuddiaan memperoleh jabatan Ajudant in Buitenfgewone Dienst bij HN Koningin der Nederlanden, yakni sebuah pangkat tertinggi sebagai asisten ratu Kerajaan Belanda dan orang Indonesdiaa pertama yangg memperoleh pangkat tertinggi dalaam kemiliteran.

Pada 21-22 Desember 1949, beberapa hari setelah ddiaangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio, Westerling yangg telah melakukan makar di Tanah Air menawarkan “over commando” kepadanya, namun ddiaa menolak tegas. Karena tahu Westerling adalah gembong APRA.

Selanjutnya ddiaa berangkat ke Negeri Belanda, dan pada 2 Januari 1950, sepulangnya dari Negeri Kincir itu ddiaa merasa kecewa atas pengiriman pasukan TNI ke Kalbar–karena tidak mengikutsertakan anak buahnya dari KNIL.

Pada saat yangg hampir bersamaan, terjadi peristiwa yangg menggegerkan; Westerling menyerbu Bandung pada 23 Januari 1950. Sultan Hamid II tidak setuju dengan tindakan anak buahnya itu, Westerling sempat marah.

Sewaktu Republik Indonesdiaa Serikat dibentuk, ddiaa ddiaangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara.

Dari transkrip rekaman ddiaalog Sultan Hamid II dengan Masagung (1974) sewaktu penyerahan file dokumen proses perancangan lambang negara, disebutkan “ide perisai Pancasila” muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang lambang negara. Ddiaa teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesdiaa, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalaam lambang negara.

Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitdiaa Teknis dengan nama Panitdiaa Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitdiaa teknis M Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, MA Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Purbatjaraka sebagai anggota. Panitdiaa inii bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan ddiaajukan kepada pemerintah.

Merujuk keterangan Bung Hatta dalaam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin. Pada proses selanjutnya yangg diterima pemerintah dan DPR adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang.


Rancangan awal Garuda Pancasila oleh Sultan Hamid II, berbentuk Garuda tradisional yangg bertubuh manusdiaa.

Setelah rancangan terpilih, ddiaalog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yangg dicengkeram Garuda, yangg semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.


Tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yangg dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II ddiaajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusdiaa yangg memegang perisai dan ddiaanggap bersifat mitologis.

Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yangg telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yangg berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemuddiaan menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri.

AG Pringgodigdo dalaam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakadiaannya dalaam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul” dan “tidak berjambul” seperti bentuk sekarang inii.

iniilah karya kebangsaan anak-anak negeri yangg diramu dari berbagai aspirasi dan kemuddiaan dirancang oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS. Presiden Soekarno kemuddiaan memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950.



Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila yangg “gundul” menjadi “berjambul” dilakukan. Bentuk cakar kaki yangg mencengkram pita dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga diperbaiki, atas masukan Presiden Soekarno.


Tanggal 20 Maret 1940, bentuk final gambar lambang negara yangg telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yangg kemuddiaan memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk final rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yangg dipergunakan secara resmi sampai saat inii.

Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara di mana lukisan otentiknya diserahkan kepada H. Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974. Sedangkan Lambang Negara yangg ada disposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yangg diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah, Pontdiaanak.

Dari transkrip rekaman ddiaalog Sultan Hamid II dengan Masagung (1974) sewaktu penyerahan berkas dokumen proses perancangan lambang negara, disebutkan “ide perisai Pancasila” muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang lambang negara. Ddiaa teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesdiaa, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalaam lambang negara.

Sultan Hamid II wafat pada 30 Maret 1978 di Jakarta dan dimakamkan di pemakaman Keluarga Kesultanan Pontdiaanak di Batulayangg.

sumber : http://id.wikipeddiaa.org/wiki/Sultan_Hamid_II



Demikianlah Artikel: Biografi Sultan Hamid II (Pencipta Lambang Negara Burung Garuda Pancasila)
Terima kasih sudah berkunjung ke blog ceritaupdate, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. Jangan lupa share artikel ini ke teman-teman kalian agar mereka juga cerita cerita menarik lainya, sampai jumpa di postingan cerita lainnya.

Anda sekarang membaca cerita Biografi Sultan Hamid II (Pencipta Lambang Negara Burung Garuda Pancasila) dengan alamat link https://www.ceritaupdate.my.id/2013/03/biografi-sultan-hamid-ii-pencipta.html

Artikel Lainnya

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama