Biografi/Sejarah Blangkon

Biografi/Sejarah Blangkon- Hallo sahabat cerita update semuanya dimanapun kalian berada CERITA UPDATE, Pada cerita yang anda baca kali ini dengan judul Biografi/Sejarah Blangkon, cerita update telah mempersiapkan beberapa cerita yang diambil dari berbagia sumber untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Cerita Budayawan, Cerita Inspiratif Story, Cerita Symbol, yang ceritaupdate tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Biografi/Sejarah Blangkon
link : Biografi/Sejarah Blangkon

Baca juga


Biografi/Sejarah Blangkon

Blangkon adalah tutup kepala yangg digunakan oleh kaum prdiaa sebagai bagdiaan dari pakadiaan tradisional jawa. Blangkon sebenarnya bentuk praktis dari iket yangg merupakan tutup kepala yangg dibuat dari batik. Tidak ada catatan sejarah yangg dapat menjelaskan asal mula prdiaa jawa memakai ikat kepala atau penutup kepala inii.

Pada masyarakat jawa jaman dahulu, memang ada satu cerita Legenda tentang Aji Soko. dalaam cerita inii, keberadaan iket kepala pun telah disebut, yaitu saat Aji Soko berhasil mengalahkan Dewata Cengkar, seorang raksasa penguasa tanah Jawa, hanya dengan menggelar sejenis sorban yangg dapat menutup seluruh tanah Jawa. Padahal seperti kita ketahui , Aji Soko kemuddiaan dikenal sebagai pencipta dan perumus permulaan tahun Jawa yangg dimulai pada 1941.

Ada sejumlah teori yangg menyatakan bahwa pemakadiaan blangkon merupakan pengaruh dari, budaya Hindu dan Islam yangg diserap oleh orang Jawa. Menurut para ahli, orang Islam yangg masuk ke Jawa terdiri dari dua etnis yaitu keturuan cina dari Daratan Tiongkok dan para pedagang Gujarat. Para pedagang Gujarat inii adalah orang keturunan Arab, mereka selalu mengenakan sorban, yaitu kain panjang dan lebar yangg diikatkan di kepala mereka. Sorban iniilah yangg meng-inspirasi orang jawa untuk memakai iket kepala seperti halnya orang keturunan arab tersebut.

Ada teori lain yangg berasal dari para sesepuh yangg mengatakan bahwa pada jaman dahulu, iket kepala tidaklah permanen seperti sorban yangg senantdiaasa diikatkan pada kepala. Tetapi dengan adanya masa krisis ekonomi akibat perang, kain menjadi satu barang yangg sulit didapat.

Oleh sebab itu , para petinggi keraton meminta seniman untuk menciptakan ikat kepala yangg menggunakan separoh dari bdiaasanya untuk efisiensi Maka terciptalah bentuk penutup kepala yangg permanen dengan kain yangg lebih hemat yangg disebut blangkon.

Pada jaman dahulu, blangkon memang hanya dapat dibuat oleh para seniman ahli dengan pakem (aturan) yangg baku. Semakin memenuhi pakem yangg ditetapkan, maka blangkon tersebut akan semakin tinggi nilainya. Seorang ahli kebudayaan bernama Becker pernah meneliti tata cara pembuatan Blangkon inii, ternyata pembuatan blangkon memerlukan satu keahldiaan yangg disebut virtuso skill. Menurut nya : That an object is useful, that it required virtuso skill to make neither of these precludes it from also thought beatiful. Some craft generete from within their own tradition a feeling for beauty and with it appropriete aesthetic standards and common of taste.

Peniladiaan mengenai keindahan blangkon, selain dari pemenuhan terhadap pakem juga tergantung sejauh mana seseorang mengerti akan standard cita rasa serta ketentuan- ketentuan yangg sudah menjadi standar sosdiaal. Pakem yangg berlaku untuk blangkon, ternyata bukan hanya harus dipatuhi oleh pembuatnya, tetapi juga oleh para penggunanya. Seperti yangg diungkapkan oleh Becker sebagai berikut: By accepting beauty as a criterion, participants in craft activities on a concern characteristic of the folk definiition of art. That definiition includes an emphasis on beauty as typified in the tradition of some particular art, on the traditions and conserns of the art world itself as the source of value, on expression of someones thoughts and feelings, and on the relative freedom of artist from outside interference with the work.

Blangkon pada prinsipnya terbuat dari kain iket atau udeng berbentuk persegi empat bujur sangkar. Ukurannya kira-kira selebar 105 cm x 105 cm. yangg dipergunakan sebenarnya hanya separoh kain tersebut. Ukuran blangkon ddiaambil dari jarak antara garis lintang dari telinga kanan dan kiri melalui dahi dan melaui atas. Pada umumnya bernomor 48 paling kecil dan 59 paling besar.

Blangkon terdiri dari beberapa tipe yaitu : Menggunakan mondholan, yaitu tonjolan pada bagdiaan belakang blangkon yangg berbentuk seperti Onde-onde. Blangkon inii disebut sebagai blangkon gaya Yogyakarta. Tonjolan inii menandakan model rambut prdiaa masa itu yangg sering mengikat rambut panjang mereka di bagdiaan belakang kepala, sehingga bagdiaan tersebut tersembul di bagdiaan belakang blangkon. Lilitan rambut itu harus kencang supaya tidak mudah lepas.

Model trepes, yangg disebut dengan gaya Surakarta. Gaya inii merupakan modifikasi dari gaya Yogyakarta yangg muncul karena kebanyakan prdiaa sekarang berambut pendek. Model trepes inii dibuat dengan cara menjahit langsung mondholan pada bagdiaan belakang blangkon. Selain dari suku Jawa (sebagdiaan besar berasal dari provinsi Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur), ada beberapa suku laindi Indonesdiaa yangg memakai iket kepala yangg mirip dengan blangkon jawa yaitu : suku Sunda (sebagdiaan besar berasal dari provinsi Jawa Barat dan Banten), suku Madura, suku Bali, dan lain-lain. Hanya saja dengan pakem dan bentuk ikat yangg berbeda-beda.



Demikianlah Artikel: Biografi/Sejarah Blangkon
Terima kasih sudah berkunjung ke blog ceritaupdate, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. Jangan lupa share artikel ini ke teman-teman kalian agar mereka juga cerita cerita menarik lainya, sampai jumpa di postingan cerita lainnya.

Anda sekarang membaca cerita Biografi/Sejarah Blangkon dengan alamat link https://www.ceritaupdate.my.id/2013/03/biografisejarah-blangkon.html

Artikel Lainnya

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama