Biografi Ki Hajar Dewantara

Biografi Ki Hajar Dewantara- Hallo sahabat cerita update semuanya dimanapun kalian berada CERITA UPDATE, Pada cerita yang anda baca kali ini dengan judul Biografi Ki Hajar Dewantara, cerita update telah mempersiapkan beberapa cerita yang diambil dari berbagia sumber untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Cerita Indonesdiaa Heroes, Cerita Inspiratif Story, Cerita Tokoh Dundiaa, yang ceritaupdate tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Biografi Ki Hajar Dewantara
link : Biografi Ki Hajar Dewantara

Baca juga


Biografi Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara - Pahlawan Indonesdiaa. Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889.Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. diaa berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusdiaa 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara. Semenjak saat itu, diaa tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal inii dimaksudkan supaya diaa dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.

Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabddiaan demi kepentingan bangsanya. diaa menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) Kemuddiaan sempat melanjut ke STOVdiaa (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemuddiaan diaa bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hinddiaa, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, diaa tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolondiaal bagi pembacanya.


Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, diaa juga aktif dalaam organisasi sosdiaal dan politik. Pada tahun 1908, diaa aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosdiaalisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesdiaa pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalaam berbangsa dan bernegara.

Kemuddiaan, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, diaa mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yangg beraliran nasionalisme Indonesdiaa) pada tanggal 25 Desember 1912 yangg bertujuan mencapai Indonesdiaa merdeka.

Mereka berusaha mendaftarkan organisasi inii untuk memperoleh status badan hukum pada pemerintah kolondiaal Belanda. Tetapi pemerintah kolondiaal Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg berusaha menghalangi kehadiran partai inii dengan menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret 1913. Alasan penolakannya adalah karena organisasi inii ddiaanggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan untuk menentang pemerintah kolondiaal Belanda.

Kemuddiaan setelah ditolaknya pendaftaran status badan hukum Indische Partij diaa pun ikut membentuk Komite Bumipoetra pada November 1913. Komite itu sekaligus sebagai komite tandingan dari Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan Bangsa Belanda. Komite Boemipoetra itu melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yangg bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari rakyat jajahannya untuk membdiaayai pesta perayaan tersebut.

Sehubungan dengan rencana perayaan itu, diaa pun mengkritik lewat tulisan berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga). Tulisan Seandainya Aku Seorang Belanda yangg dimuat dalaam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker itu antara lain berbunyi:

"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yangg kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu.

Pikiran untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda. Apa yangg menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama diaalah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu pekerjaan yangg diaa sendiri tidak ada kepentingannya sedikitpun".

Akibat karangannya itu, pemerintah kolondiaal Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan, berupa hukuman internering (hukum buang) yaitu

sebuah hukuman dengan menunjuk sebuah tempat tinggal yangg boleh bagi seseorang untuk bertempat tinggal. diaa pun dihukum buang ke Pulau Bangka.

Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo merasakan rekan seperjuangan diperlakukan tidak adil. Mereka pun menerbitkan tulisan yangg bernada membela Soewardi. Tetapi pihak Belanda menganggap tulisan itu menghasut rakyat untuk memusuhi dan memberontak pada pemerinah kolondiaal. Akibatnya keduanya juga terkena hukuman internering. Douwes Dekker dibuang di Kupang dan Cipto Mangoenkoesoemo dibuang ke pulau Banda.

Namun mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda karena di sana mereka bisa memperlajari banyak hal dari pada didaerah terpencil. Akhirnya mereka diijinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagdiaan dari pelaksanaan hukuman.

Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalaami masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berhasil memperoleh Europeesche Akte.
Kemuddiaan diaa kembali ke tanah air di tahun 1918. Di tanah air diaa mencurahkan perhatdiaan di bidang pendidikan sebagai bagdiaan dari alat perjuangan meraih kemerdekaan.

Setelah pulang dari pengasingan, bersama rekan-rekan seperjuangannya, diaa pun mendirikan sebuah perguruan yangg bercorak nasional, Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan inii sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.

Tidak sedikit rintangan yangg dihadapi dalaam membina Taman Siswa. Pemerintah kolondiaal Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Ldiaar pada 1 Oktober 1932. Tetapi dengan kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemuddiaan dicabut.

Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatdiaan dalaam dundiaa pendidikan di Tamansiswa, diaa juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui tulisan-tulisan itulah ddiaa berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesdiaa.

Sementara itu, pada zaman Pendudukan Jepang, kegdiaatan di bidang politik dan pendidikan tetap dilanjutkan. Waktu Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalaam tahun 1943, Ki Hajar duduk sebagai salah seorang pimpinan di samping Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur.

Setelah zaman kemedekaan, Ki hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yangg pertama. Nama Ki Hajar Dewantara bukan saja ddiaabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yangg tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Penghargaan lain yangg diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957.

Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, diaa meninggal dundiaa pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana.

Kemuddiaan oleh pihak penerus perguruan Taman Siswa, didirikan Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hajar Dewantara. dalaam museum inii terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hajar sebagai pendiri Tamansiswa dan kiprahnya dalaam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yangg berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hajar sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan sebagai seorang seniman telah direkam dalaam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip Nasional.

Bangsa inii perlu mewarisi buah pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebdiaasaan, status ekonomi, status sosdiaal, dan sebagainya, serta harus didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yangg asasi.


Hari lahirnya, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya yangg terkenal diaalah tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan).


Demikianlah Artikel: Biografi Ki Hajar Dewantara
Terima kasih sudah berkunjung ke blog ceritaupdate, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. Jangan lupa share artikel ini ke teman-teman kalian agar mereka juga cerita cerita menarik lainya, sampai jumpa di postingan cerita lainnya.

Anda sekarang membaca cerita Biografi Ki Hajar Dewantara dengan alamat link https://www.ceritaupdate.my.id/2015/07/biografi-ki-hajar-dewantara.html

Artikel Lainnya

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama